Hampir seluruh penduduk dunia mengalami dampak dari pandemi Covid-19, hal ini pula yang dirasakan oleh para mahasiswa dari Jurusan Fotografi Angkatan 2019. Setelah penantian yang panjang pada tahun ini akhirnya Mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Jurusan Fotografi Angakatan 2019 dapat menyelenggarakan pameran luring kolektif angkatan untuk pertama kalinya.
Sebelumnya Mereka telah mengadakan dua kali pameran secara online. Pameran yang pertama yaitu Ronarana19 Virtual Exhibition 2020 “Creating Prints Without a Camera & Photographic Image Produced From Film” Pameran Hitam Putih Angkatan 2019 yang diadakan pada tanggal 30 Juni-13 Juli 2020 melalui Instagram @foto19.isiyk dan Artstep. Diresmikan langsung oleh Bapak Fajar Apriyanto, M.Sn. juga disambut oleh Bapak Dr. Irwandi, M.Sn. selaku dosen pengampu, Bapak Oscar Samaratungga, SE., M.Sn. selaku perwakilan jurusan, dan Bapak Novan Jemmi Andrea, M.Sn. selaku kurator.
Pameran yang kedua yaitu Harvest Virtual Exhibition 2021 yang diadakan pada tanggal 4 – 12 Januari 2021 melalui Instagram @foto19.isiyk, Youtube “Fotografi Cetak Tua”, dan website Galeripandeng.isi.ac.id. Pada pameran kedua ini terselenggara atas hasil dari proses kreatif para Mahasiwa Fotografi 2019 dalam mata kuliah Fotografi Cetak Tua dengan berbagai teknik yaitu Cyanotype, Chlorophyll print, Vandyke brown print, dan Anthotype. Diresmikan oleh Bapak Novan Jemmi Andrea, M.Sn selaku kurator dan Dosen pembimbing Mata Kuliah Fotografi Cetak Tua, Bapak Dr. Irwandi, M.Sn. Selaku Kurator, Dosen Pembimbing Mata Kuliah Fotografi Cetak tua, dan Dekan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta.
Pada kesempatan tahun ini Mahasiswa Fotografi 2019 dapat menyelenggarakan Pameran secara luring dengan tajuk Artsay Exhibition 2022. Kata “Artsay” disini memiliki arti yaitu sebagai bentuk manifestasi ekspresi diri bagi para mahasiswa Fotografi 19. Pameran ini merupakan pameran perdana yang diadakan secara luring di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran telah berlangsung dari tanggal 2 hingga 6 Maret 2022. Telah dibuka oleh Bapak Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn selaku Dekan FSMR dan Bapak Oscar Samaratungga, S.E, M.Sn selaku Ketua Jurusan Fotografi. Tujuan berlangsungnya acara ini secara garis besar yaitu sebagai media untuk bersilaturahmi bagi Angkatan 2019 dan mengekspresikan diri atas hal yang telah terjadi atas tiap individu selama pandemi. Pameran Artsay ini dikuratori oleh Kyara Fatahillah dan diketuai oleh Theodorus D’Antiochia Carelviega Christee Aloetta, tak mengambil tema spesifik. Namun lebih menunjukkan ekspresi setiap pengkarya selama Covid-19 ini menyebar di dunia.
“Memang tidak ada tema khusus yang kami buat. Lebih kepada ekspresi teman-teman untuk menampilkan karya selama dua tahun tidak ada pameran. Sebenarnya pameran ini juga pelampiasan karena lama tidak ada kegiatan seperti ini,” kata Carel sapaannya.
Untuk pengantar pameran ditulis oleh Kyara Fatahillah yang juga seorang mahasiswa dari fotografi 19 menjelaskan bahwa pada pameran ini “berupaya untuk mengejawatahkan pesona dan keluh kesah mereka tentang fenomena yang terjadi, posisi mereka didalamnya, dan bagaimana cara mereka menyikapi fenomena tersebut.”.
Menurut beberapa panitia yang terlibat acara ini sudah melebihi dari ekspektasi, pasalnya dapat pula dikatakan bahwa ini masih masa pandemi namun antusias dari para apresiator sangat banyak terhitung hingga tanggal 5 Maret 2022 terdapat total ada 1000 lebih apresiator yang datang silih berganti, acara berlangsung ramai disertai penerapan protokol kesehatan. Pada pameran ini tak hanya menampilkan karya fotografi menakjubkan dari 64 pemeris. Salah satu karya yaitu milik Didan Nur Fisyanuari Rosadi (22) sudah sering mengikuti pameran karya seperti ini. Sejak SMK hingga menempuh pendidikan di ISI Yogyakarta, sedikitnya 3 karya yang telah dia tampilkan. Di Artsay sendiri, mahasiswa asal Pundong, Bantul itu menampilkan gaya fotografi stencil dengan judul karya “Spread the Love” yang mendapatkan pita penghargaan dari dosen. Ia menampilkan karya fotografi mix media dengan seng dan berbagai property pendukung lainnya. Dimana makna yang dia bawa adalah menyampaikan pesan dan kritikan ke setiap isu yang sedang berkembang.
“Bedanya stencil yang saya pakai adalah membuat gambar di tembok yang tidak terpakai. Ya adrenalinnya adalah ketika didatangi aparat atau warga saat proses menggambar stencil itu sebelum difoto, kalau tidak ditegur, dihapus,” ujar Didan.
Mahasiswa semester 6 ini tak menampik dalam membuat karyanya kerap dituding vandalisme, bahkan dikejar pihak keamanan ketika membuat stencil di tembok. Beruntung ia belum pernah tertangkap dan masih bisa kabur. “Bagi saya seni atau karya itu juga bersinggungan dengan proses membuatnya. Semakin memacu adrenalin, saya bisa menyebutnya karya,” terang dia. Sayangnya gambar tersebut jadi tidak sempurna dan ditinggalkan. Didan tak hanya sendiri dalam membuat foto stencil. Dia berkolaborasi dengan street art di Jogja untuk mendapatkan karyanya.
“Jadi kolaborasi, mereka membuat gambar stencil termasuk saya, lalu saya buat video dan foto-fotonya,” katanya.
Carel dan Didan tak memaksa pengunjung harus sependapat dengan hasil foto mereka. Namun memiliki hasil gambar buah dari ekspresinya yang bisa disebarkan ke khalayak luas, menjadi nilai penting untuk mendorong semangat dalam membuat karya lain.
Namun, acara ini juga bekerjasama dengan beberapa program yakni menampilkan screening film dari Kamisinema dan Blurhouse.id dengan total 9 film yang akan ditayangkan. Terdapat pula pertunjukan dari “Prontaxan”, “No Money”, “Discocycle” oleh tisen, dan Sape Jogja. Acara pameran masih berlangsung hingga 6 Maret 2022 jam 21.00, untuk detail rundown acara dapat dilihat pada Instagram mereka @foto19.isiyk. Acara ini tak hanya dikhususkan bagi mahasiswa ISI namun dapat pula dikunjungi oleh umum. Oleh karena itu, silakan bagi para penikmat seni dapat berkunjung dan menikmati serangkaian acara hingga akhir.
Yogyakarta, 6 Maret 2022
Teks Oleh: Savira Dwirahmawati / Pressisi angkatan 9 / Desain Produk 2019