Menempuh Jalan Pulang Lewat Film Mudik

Apa yang akan dilakukan oleh sepasang suami-istri berpemikiran ibu kota, bila dipertemukan dengan persoalan keluarga lain dalam perjalanan mudik, padahal keduanya sendiri sedang ‘bermasalah’? Adriyanto Dewo mengarahkan pertanyaan ini dalam medium film berjudul Mudik, dengan menulis sendiri skenarionya. Film produksi LifeLike Pictures ini diperankan oleh Asmara Abigail, Putri Ayudya, Ibnu Jamil, dan Yoga Pratama. Tak

Seni dan Spiritualitas Majelis Dzikir & Solawat Masjid Al Muhtar ISI Yogyakarta

Majelis Dzikir & Solawat Masjid Al-Muhtar Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengadakan sebuah ruang diskusi dengan tema Seni & Spiritualitas (Seni, Tasawuf, dan Historis) dalam rangka mengenang 40 hari wafatnya Gus Sholahuddin Wahid pengasuh Pondok Pesantren (PP) Tebu Ireng, Dra. Pandansari Kusumo, M.Sn. kaprodi Desain Produk ISI Yogyakarta, dan Danang H.P alumni jurusan Seni Grafis

Eksplikasi Atas Kembali Beradaptasi

Wawancara dengan Erwin Prasetya Kurniawan. Mahasiswa Film dan Televisi angkatan 2015. Ketua Sreeening Tugas Akhir (TA) ”Kembali Beradaptasi”, terkait rancu manajemen kursi penonton.        Dalam screening ini, ada beberapa pihak dalam antrean panjang penonton yang tidak kebagian tiket. Apa ada statement yang ingin disampaikan mengenai hal tersebut ?   Salah satu kenapa tiket

Kembali Beradaptasi, Menarik, Tapi …

Program Studi Film dan Televisi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta kembali mengadakan pemutaran film Tugas Akhir (TA) bertajuk Kembali Beradaptasi pada Senin, 30 Desember 2019. Berbeda dari screening TA 2019 lainnya yang biasa menempati ruang Audio Visual (di Dekanat FSMR) Kampus ISI, pemutaran kali ini bertempat di Cinepolis Lippo Plaza Yogyakarta. Kembali Beradaptasi menjadi kali

“Bara Lapar Jadikan Palu” : Genap Berusia 20 Tahun, Taring Padi Kembali ke Kampus

Dalam sejarah suatu komunitas yang terbentuk secara komunal, sebuah embrio tumbuh karena kondisi sosial yang semakin memburuk akibat dari akumulasi kekecewaan dan perlawanan terhadap rezim Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Republik Indonesia yang kedua, yaitu Soeharto. Kala itu permulaan Orde Baru meletuskan angka-angka pertumbuhan makroekonomi yang sangat mengesankan. Namun, kebijakan-kebijakan tersebut menyebabkan ketidakpuasan pada masyarakat