Wawancara dengan Erwin Prasetya Kurniawan. Mahasiswa Film dan Televisi angkatan 2015. Ketua Sreeening Tugas Akhir (TA) ”Kembali Beradaptasi”, terkait rancu manajemen kursi penonton.
Dalam screening ini, ada beberapa pihak dalam antrean panjang penonton yang tidak kebagian tiket. Apa ada statement yang ingin disampaikan mengenai hal tersebut ?
Salah satu kenapa tiket cepat habis itu yang pertama karena undangan. Karena capaian disini ini hanyalah sebagai salah satu syarat TA skripsi penciptaan di Prodi Film dan Televisi, dan juga ajang premiere bersama kru dan cast. Jadi tiket itu habis di pemain dan baru sisanya ke penonton. Kenapa antrean bisa se-ruwet tadi itu karena pertama tamu dan dosen sudah menyita banyak kursi, dan kami juga tidak menyangka penonton umum bakal seantusias ini datangnya. Jadi kami juga kebingungan untuk memberikan kursi untuk penonton. Sedangkan kursi yang didalam itu cuma 111 kursi dan sudah dikurangi oleh dosen dan pemain film kira kira 40 kursi, jadi sisanya itu baru untuk penonton. Itu sih yang jadi kendala.
Mengapa kemudian Cinepolis dipilih sebagai tempat untuk screening TA, mengingat kapasitas jumlah kursinya yang cukup terbatas ?
Pertama pilihannya adalah di bioskop satunya. Kenapa tidak jadi itu awalnya dari bioskop yang pertama itu mengatakan kalau tidak ada sertifikat dari Lembaga Sensor Film (LSF) mereka tidak mau menerima film-film kita. Sedangkan kita sudah mengurus surat kepada Pusbang (Pusat Pengembangan) Film, untuk memberikan surat rekomendasi kepada LSF. Namun pihak Pusbang itu sendiri malah menelantarkan surat kami sejak 18 Desember 2019. Jadi pada 18 sampai 25 Desember itu kita sama sekali belum dapat kepastian dari Pusbang karena birokrasinya sedikit rumit. Sebenarnya awal screening di bioskop satunya itu langsung ada surat rekomendasi kampus langsung ke LSF. Namun untuk tahun ini mulai harus lewat rekomendasi dari Pusbang. Nah, surat kita stuck disitu. Dan pada akhirnya mau tidak mau kita mencari bioskop lain, ya walaupun bioskop yang akhirnya kita tempati untuk screening kapasitasnya sedikit, tapi mau gimana lagi yang bisa menampung untuk film kita hanya bioskop ini. Dan syukur, di pagi hari sebelum screening surat lulus sensor kita bertepatan sudah siap didistribusikan, jadi kita tayang juga mempunyai izin lulus sensor.
Antara bioskop yang direncanakan dengan bioskop yang dipakai ini punya selisih kapasitas kursi yang cukup banyak. Selain itu, masih ada pula jatah untuk tamu undangan. Lantas kenapa kemudian tidak ada semacam peringatan dipublikasi mengenai keterbatasan kursi untuk penonton ?
Untuk itu mohon maaf kepada seluruh penonton screening “Kembali Beradaptasi” karena kurang mendapatkan informasi itu. Sebelumnya kita sudah memberitahu kepada penonton lewat publikasi berupa pengumunan ”limited seat”. Jadi aturannya itu, siapa dia yang cepat datang ditempat, dia yang bakal dapat tiket. Gitu. Kita sih sudah menghitung juga berapa jumlah orang yang bisa masuk untuk lesehan. Jumlahnya kira-kira seratus orang untuk penonton umum.
Ada informasi dari beberapa penonton bahwa pembukaan ticketing yang seharusnya dilakukan jam sekian, tapi sepuluh-limabelas menit sebelumnya sudah mulai antre, bahkan melakukan registrasi. Apakah sistem yang direncanakan memang dibuat seperti itu ?
Awalnya kita mau buka ticketing itu udah bikin rundown itu jam enam dan jam tiga sore. Nah, namun karena antusias penonton itu sendiri, kita juga tidak bisa menebak, ternyata penonton udah mulai antri didepan meja ticketing itu jam setengah tiga. Nah untuk yang sesi dua juga udah antri mulai jam setengah enam. Dan ternyata penonton yang tidak kebagian di sesi pertama langsung antri untuk sesi kedua. Beberapa penonton yang tidak bisa masuk kedalam menyangka bahwa antrean yang ada itu ticketing sudah dibuka, padahal belum. Itu inisiatif dari para penonton yang mau antre sebelum ticketing dibuka agar mereka bisa masuk dan mendapatkan tiket dengan cepat. Itu strategi dari penonton sendiri. Cuma dari panitia belum bisa mencarikan solusi untuk hal-hal seperti itu. Karena kita dari panitia juga tidak memperkirakan antisipasi antrean yang membludak.
Untuk pengaturan kursi didalam ruangan, saat pemutaran tadi ada beberapa kursi yang kosong atau sudah ditinggal penonton dan dibiarkan kosong sampai satu sesi selesai. Sementara banyak penonton lain yang justru tidak kebagian tempat. Sebenarnya sistem pengaturan yang dilakukan seperti apa ?
Sebenarnya itu adalah komunikasi dari tim ticketing dengan tim usher. Jadi tim usher itu mengatur posisi penonton dari dia masuk, tempat duduk dia, dan mengatur siapa yang keluar, yang mau masuk lagi. Kendalanya adalah di undangan. Undangan itu sudah disebar ke dosen. Tapi tidak ada konfirmasi dari dosen, ataupun pemain, ataupun kru yang misalnya datang atau tidak. Dan akhirnya ada kursi yang mubadzir di pemutaran sesi satu kursi itu jadi kosong. Karena kita menunggu kepastian dari undangan tersebut. Terus kurang ketelitian dari tim ticketing dan usher untuk mengkomunikasikan hal tersebut.
Apa yang ingin disampaikan dengan adanya acara ini ?
Semoga screening TA ini bukan hanya syarat kelulusan pada perkuliahan di Program Studi Film dan Televisi, tapi juga menjadi pengalaman bagi mahasiswa bagaimana manajemen pemutaran di bioskop, proses pendistribusiannya. Semoga menjadi pengalaman yang berharga buat teman-teman Film dan Televisi untuk mengatasi hal yang tanda kutip, baru.
Teks : Id’dha Parta Driasmara / Film dan Televisi 2017
1 reply on “ Eksplikasi Atas Kembali Beradaptasi ”