Film merupakan salah satu karya seni yang paling kompleks. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa pembuatan film akan menggunakan serta menggabungkan banyak metode dan jenis-jenis karya seni, antara lain seni peran, penulisan naskah (seni sastra), seni tata rias panggung dan lighting, serta yang tak kalah penting yaitu seni merekam (bentuk seni digital).
Pada 1878, seorang pria bernama Eadweard Muybridge memperkenalkan sebuah teknologi berupa fitur baru fotografi yang dapat menangkap gerakan 16 foto kuda yang sedang berlari. Dan yang terjadi selanjutnya adalah foto-foto kuda tersebut menjadi gambar bergerak pertama di dunia. hal ini tentu sangat menggebrak dunia pengetahuan, mengingat bahwa tidak ada satupun teknologi serupa di zaman itu.
Temuan ini tentu saja sangat menarik perhatian banyak orang, termasuk salah satu penemu yang paling berpengaruh saat itu, Thomas Alva Edison. Sesegera mungkin beliau mengajak Muybridge untuk bekerja sama dan mengkombinasikan teknologi tersebut dengan temuannya sebelumnya, yang diperkenalkan dengan nama Fonograf dan diperkenalkan setahun sebelumnya. Hasil dari kombinasi kedua temuan ini kemudian diberi nama Kinetoskop, yang bentuknya mirip dengan proyektor modern. Benda ini dapat digunakan sebagai penampil gambar bergerak, atau yang sekarang biasa disebut film.
Berlanjut pada 1895 (di saat teknologi kamera dan fotografi mulai berkembang) Louis dan Auguste Lumiere berhasil menangkap gambar bergerak, yang kemudian menjadi film pendek dengan judul “Workers Leaving the Lumiere Factory” yang kemudian menjadi film komersial pertama di dunia. Perkembangan selanjutnya yaitu film-film yang muncul hanya berdurasi 50 detik (kurang dari 1 menit), yang belum memiliki alur, tidak memiliki efek audio, dan berwarna hitam-putih. Pada 1899 George Melies mulai menampilkan film dengan gaya editing yang berjudul Trip To The Moon, kemudian pada tahun 1902 Edwin Peter membuat film yang berjudul Life Of In American Fireman.
Seiring berjalannya waktu, muncul pertanyaan tentang bagaimana film dapat digolongkan atau dikategorikan sebagai karya seni. Hal ini menjadi pertanyaan dikarenakan di dalamnya terdapat banyak unsur seni yang menunjang; seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni sastra, seni musik, dan masih banyak lainnya. Unsur-unsur tersebutlah yang kemudian menjadi sebuah kesatuan. Dari sinilah maka didapat sebuah kesimpulan, bahwa pada umumnya film dianggap sebagai sebuah karya seni yang difungsikan sebagai hiburan.
Namun, fungsi film akhirnya berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga fungsi komersial, fungsi pendidikan, hingga fungsi kesehatan. Bahkan, film sendiri terbagi menjadi dua berdasarkan fungsi praktisnya; seni dan industrial (komersil). Dalam pembedaannya, dipermudah dengan penamaan penyebutan mereka; film dan movie.
Film merupakan suatu karya yang lebih mendekati atau berdedikasi untuk dunia seni, dalam segi artistik yang mendetail dan mendalam. Kekompleksan di dalamnya seringkali melibatkan olah rasa, olah suara, dan hal-hal yang berhubungan dengan keindahan dalam berpanca-indera. Biasanya mengangkat sebuah topik untuk mengkritisi isu yang dianggap penting, seperti isu politik, isu sosial, isu pendidikan, dan masih banyak sebagainya. Pada umumnya, film akan lebih banyak mempengaruhi tentang bagaimana pandangan terhadap dunia perfilman secara lebih mendalam dan menyeluruh. Dan hal ini merupakan bentuk yang diakui lebih murni sebagai sebuah karya seni di festival-festival internasional, juga memborong banyak penghargaan kelas dunia. Tak hanya itu, ini juga dapat dijadikan sebagai wadah adu kepiawaian para pelaku industri film; penulis naskah, sutradara, aktor/aktris, yang penilaian atas kinerja mereka seringkali dijadikan tolak ukur yang kemudian berjasa besar bagi perkembangan ilmu-ilmu perfilman.
Sementara itu, movie lebih ditangkap sebagai sebuah karya yang memiliki nilai jual, yang tema utama dan alurnya disesuaikan dengan minat audiens. Segala macam unsur yang ada di dalamnya; pemeranan, musik, dialog, dibuat semata-mata untuk memesona audiens dan memberikan banyak keuntungan (biasanya berupa finansial). Meskipun keuntungan finansial yang dihasilkan seringkali meyakinkan, movie lebih akrab dikenal sebagai hiburan yang bersifat ringan dan arahnya cenderung mengikuti kebudayaan populer. Sebenarnya hal ini tidaklah buruk, mengingat pasti akan selalu ada penggemar yang akan selalu setia dan tertarik untuk menikmatinya. Hanya saja dikarenakan aspek-aspek yang berada di dalamnya terbiasa mengikuti daya tarik pasar, movie hanya cocok dijadikan budaya populer.
Sumber-sumber terkait:
https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/14/170000179/sejarah-singkat-film-dunia
https://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html#:~:tex
t=Film%20sebagai%20karya%20seni%20sering%20diartikan%20hasil%20cipta,tari%2C%20
seni%20puisi%20sastra%2C%20seni%20teater%2C%20seni%20musik.
Teks oleh: Teks Oleh: Joe /PRESSISI 12