“HEADLESS WOMEN OF HOLLYWOOD”:

Pameran Arsip Ciamik Persembahan Sinema Justice Warrior

Berawal dari satu karsa dan tujuan yang sama, bersama wujudkan mahakarya pameran yang rancak nan elegan. Sinema Justice Warrior.  Sebuah kelompok kerja mahasiswa yang dibentuk sebagai penyelenggara sebuah pameran arsip yang merupakan plesetan dari Social Justice Warrior. Pameran arsip sinema yang menguak dinamika kritis ini merupakan bagian dari Tugas Akhir Mata Kuliah “Kurasi Arsip” Prodi S-1 Tata Kelola Seni. Pameran yang mengusung tema “HEADLESS WOMEN OF HOLLYWOOD”. Ide yang digagas pada 2016 sebagai gerakan sosial-estetik diprakarsai oleh Marcia Belsky, seorang aktivis, penulis, komedian & musisi. Tujuannya tidak lain untuk mendapat atensi terhadap praktik fragmentasi, fetishizing, dan dehumanizing citra wanita yang kita lihat pada poster film, iklan, sampul buku, dan lain-lain, dimana praktik tersebut mengakibatkan terjadinya kesenjangan gender pada media massa. Pameran diselenggarakan pada 3-10 Desember 2022 lalu di Joning Art Space, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Lokasi pameran yang bertempat di Joning Art Space, Yogyakarta (9/12/2022)

Siapa yang sih yang tidak kepo dengan tema pameran satu ini yang mengangkat isu tak biasa dari yang lainnya? Di dalamnya disajikan 8 poster yang terdapat pada arsip publik partisipatoris milik Headless Women of Hollywood. Kedelapan poster tersebut merupakan poster-poster yang dianggap telah melakukan tindakan eksploitasi hingga glorifikasi terhadap fragmentasi tubuh wanita, juga menjadi bentuk pilihan pada 8 bagian tubuh yang sering dieksploitasi. Melalui agenda ini, Sinema Justice Warrior ingin memberi atensi terhadap gerakan Headless Women of Hollywood melalui format pameran arsip-arsip poster. Dalih dan harapan utamanya adalah sebagai upaya penghormatan kembali atas kepemilikan tubuh dan citra wanita tanpa eksploitasi. 

Berangkat dari riset beberapa referensi yang diambil dari laman tumblr, awal inisiatif kelompok yaitu dengan tujuan mengambil arsip film yang menjurus pada ranah seni rupa, yaitu arsip poster film sendiri. Dalam proses penyatuan idenya, pada mulanya kelompok ingin mengangkat tema film jelek, namun setelah ditelaah lebih dalam, cakupan dengan tema tersebut cukup luas untuk dibahas lebih lanjut sehingga kurang bisa dikerucutkan. Kemudian setelah berselancar cukup lama di laman dan menemukan tulisan karya Marcia Bellsky, tersibaklah ide untuk mengeksplor tema yang beralih ke poster film vulgar Indonesia. Era ini dimulai dari tahun 90-an sampai 2010 tentang film horor Indonesia, tetapi lebih menitikberatkan isinya mengenai vulgar/pornografi dibanding horor. Setelah melalui riset panjang, diangkatlah tema ini oleh Sinema Justice Warrior. Dalam proses pembedahan tema yang diusung ini, kelompok tertarik dikarenakan pokok bahasannya yang unik dan terdengar masih asing di telinga banyak orang. Tujuannya tidak lain agar lebih banyak lagi masyarakat luas yang mengetahui tentang inti pokok tema pameran ini sehingga membuat wawasan menjadi lebih luas dan terbuka. Di dalam pengangkatan tema ini, tidak ada tujuan lain yang dimaksudkan seperti hingga mengkritisi dengan keras tentang praktik ini.

Runtutan acara demi acara berlangsung berhasil dilangsungkan selama proses penyelenggaraan pameran. Dimulai dari kegiatan opening dan diskusi di tanggal 3 Desember, dilanjutkan pada tanggal 8 Desember diselenggarakan screening film Ring yang dimana film Hollywood satu ini merupakan hasil remake dari versi produksi negara Jepang. Pada akhir kegiatan pameran, diselenggarakan karya interaktif yaitu mencetak poster sendiri seperti yang tertera pada display pameran, dengan tujuan agar pengunjung bisa mencetak poster guna melatih dan mengasah kekreatifan diri masing-masing. Kegiatan tersebut dapat digolongkan dan masuk dalam materi arsip partisipatoris, dimana pengunjung juga merupakan bagian dari pameran karena telah mengunjungi pameran. 

Pada dasarnya, terdapat 2 penggabungan keilmuan yang mendasari kegiatan pameran ini, antara lain kuratorial dan arsip. Arsip sendiri yaitu suatu dokumen yang dimana orang tersebut pernah melaluinya, misalnya poster yang sudah diproduksi dan diedarkan di tahun 2009, namun hingga saat ini masih tersimpan dengan baik data digitalnya. Sedangkan kurasi sendiri yaitu keilmuan yang membahas tentang penyajian/penataan. Kuratorial ini fokus pada penyeleksian karya dan penulisan narasi hingga pada penyajian. Mulai dari layout, display, tata letak, pencahayaan, dan lain sebagainya. Pada pameran ini, pencahayaan dipusatkan pada dipan-dipan yang ditempeli poster film. Layout diatur dengan sedemikian rupa mulai dari runtutan tulisan dan gaya font maupun pemilihan warna sehingga tetap memberikan kesan estetis meskipun hanya memamerkan karya 2 dimensi. Penggabungan media yang digunakan baik kertas maupun kaca transparan memberikan kesan elegan namun tetap variatif dan enak dipandang. Bangunan pameran yang juga dilengkapi dengan ukiran kayu dan hiasan tumbuhan ini memberikan kesan nyaman, santai, namun tetap profesional untuk ukuran penampilan sebuah kegiatan pameran, terkhususnya pameran arsip.

Dalam pemilihan lokasi pameran arsip ini, Sinema Justice Warrior melakukan beberapa riset dari banyaknya alternatif referensi yang ada, tentunya juga dengan mempertimbangkan ketersediaan dana yang dimiliki kelompok. Setelah diskusi panjang di dalam kelompok, diputuskanlah lokasi yang tepat untuk menjadi wadah penyampaian keseluruhan pameran ini. Berbicara terkait pengadaan dana yang mengalami keterbatasan juga, kondisi ini dapat dikategorikan sebagai kendala yang dihadapi dibalik proses berlangsungnya kegiatan pameran. Pendanaan bersumber dari tiap kelompok mahasiswa itu sendiri secara mandiri dengan tanggung jawab penuh, sehingga dibutuhkan ketepatan dalam pengelolaan dana yang tepat sasaran. Fasilitas dan media yang digunakan pun menyesuaikan dengan pendanaan yang dimiliki yang telah dipertimbangkan secara matang sebelumnya. Tetapi dibalik kendala yang dialami tersebut, tentu terselip makna penting di dalam proses panjang persiapan pengadaan pameran ini. Kerja sama tim dan solidaritas serta tekad yang penuh dalam meraih satu tujuan inilah, yang dapat menyongsong terselenggaranya kegiatan pameran oleh kelompok dengan baik.

Harapan dari kelompok kerja mahasiswa pameran ini atau yang lebih akrab disapa dengan Sinema Justice Warrior, kiranya arsip poster film yang ditampilkan sebagai hidangan utama bagi para penikmat pameran dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih luas. Tema yang diangkat tidak dari tema umumnya sebuah pameran, justru akan menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih kepada para pembaca dan penikmat. Hal ini tentunya dimaksudkan untuk dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi khalayak luas baik di masa sekarang maupun yang akan datang nanti. Sehingga pada akhirnya, tujuan yang ingin dicapai dalam pemenuhan Tugas Akhir ini dapat tersampaikan maksud pesannya sesuai dengan tujuan awal. 

Narasumber: Opung, mahasiswa TKS ISI YK 2019

Teks oleh: Dinda dan Santi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.