Rabu, 14 Februari 2024 – Institut Seni Indonesia Yogyakarta ikut terlibat dalam menyongsong Pemilu 2024 dengan membuka Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang bertempat di Gedung Rektorat Baru Lantai 1.
Pemilihan umum tahun 2024 menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu bentuk perayaan pesta demokrasi. Peserta pemilu yang didominasi oleh kalangan remaja ini menjadi suatu momentum yang berharga dan sayang untuk dilewatkan, dalam hal ini terkhususnya dari kalangan mahasiswa. Dalam rangka mendukung terselenggaranya pesta demokrasi tahun ini, ISI Yogyakarta menyediakan wadah bagi para mahasiswa terkhususnya para perantau untuk dapat memberikan hak pilihnya dengan membuka TPS (Tempat Pemungutan Suara) 906 yang terletak di gedung rektorat baru. Antusias para pemilih patut diapresiasi dengan jumlah pencoblos mencapai angka 262 orang.
Melansir dari Republika, berdasarkan hasil rekapitulasi DPT, mayoritas pemilih Pemilu 2024 didominasi dari kelompok generasi Z dan milenial. “Sebanyak 66.822.389 atau 33,60% pemilih dari generasi milenial,” kata Komisioner KPU RI Betty Epsilon Idroos dalam Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT di kantor KPU, Jakarta, Minggu (2/7/2023). Generasi milenial adalah sebutan untuk orang yang lahir pada 1980 hingga 1994. Sedangkan pemilih dari generasi Z adalah sebanyak 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85% dari total DPT Pemilu 2024.
Lantas seberapa melek politik-kah para kawula muda dalam Pemilu tahun ini? Saat mewawancarai Bapak Heru Prasetyo, Kepala Dukuh Ngireng-Ireng, yang ditempatkan sebagai petugas ketertiban dan keamanan, beliau berkata bahwa suasana pemilu kali ini di ISI Jogja sebagai contoh implementasi dari pilot project, awal mulanya dibuka TPS pertama kali di kampus. “Ramai sekali, antusias mahasiswa yang daftar dan mendatang. Namun di satu sisi banyak mahasiswa yang ingin mendaftar dan mencoblos tetapi tidak bisa melayani dikarenakan tidak adanya kelengkapan dokumen. Kita selaku KPPS tidak boleh melayani yang di luar DPT. Layanan pindah memilih sendiri sebetulnya sudah ditutup pada 15 Januari. Tapi karena banyak yang belum pindah, diperpanjang sampai 7 Februari kemarin. Dari 262 mahasiswa yang mencoblos, tidak sepenuhnya mengambil undangan dan terlibat aktif dalam mencoblos,” ujar beliau saat ditanyai mengenai bagaimana suasana Pemilu yang berlangsung di tanggal 14 Februari kemarin.
“Harapan dari saya untuk saling koreksi diri masing-masing, baik dari pelaksana pemilu maupun dari kita sebagai warga. Harus saling pro aktif dan tidak menyalahkan. Karena dari salah satu sisi ini terkesan saling menyalahkan, karena namanya baru belajar bagi pemilih pemula terkhususnya. Belum tau aturan yang seharusnya seperti apa. Sosialisasi harus lebih diefektifkan bagi mahasiswa oleh PPK setempat. Seharusnya lebih mudah untuk edukasi di zaman digital ini,” tambah beliau.
Antusias dari para kalangan mahasiswa yang terlibat dalam pencoblosan juga tercermin dengan nyata ketika ditanya bagaimana kesan pesan mereka ketika pertama kali mencoblos sebagai pemilih pemula. “Menurutku sebagai pemilih pemula di ISI Yogyakarta, sistemnya sudah rapi, jelas, dan nyaman. Mungkin karena TPS tempat aku memilih kemarin tidak terlalu padat pemilih, jadi tidak seperti yang aku bayangkan. Sebagai pemilih rantau, sejujurnya agak sedih karena belum dapat kesempatan untuk memilih para calon legislatif daerahku sendiri, namun masih sangat bersyukur bisa dapat kesempatan untuk memilih calon presiden dan wakil presiden negeriku sendiri. Meskipun banyak pro-kontra dan berita-berita serta persaingan yang ketat antara ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden, aku tetap yakin dengan pilihanku sendiri. Semoga Indonesia bisa menjadi lebih baik dan rakyat dapat mendapat hak-haknya dengan utuh. Salam sehat semuanya!” ujar Fenty, salah satu pemilih pemula yang mencoblos di TPS ISI Jogja.
“Pendapat saya tentang pemilu kemarin sebagai pemilih pemula sangat menegangkan apalagi sebagai mahasiswa yang memang seharusnya dapat berpikir kritis. Pasalnya dalam pemilu tahun ini isu-isu tentang calon presiden sangat bertebaran sehingga membuat pemilih pemula sebagai mahasiswa di ambang kebimbangan. namun semuanya dapat diatasi dengan mencari fakta-fakta tentang semua calon presiden karena generasi muda sangat berpengaruh dalam masa depan bangsa. Jika dilihat dari pemilihan di ISI Yogyakarta sebagian mahasiswa sangat excited dalam menentukan pilihannya,” ujar Bella, salah satu pemilih pemula yang sangat antusias dalam Pemilu 2024 ini.
Harapannya, pesta demokrasi selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih transparan dan adil, dimana setiap suara benar-benar dihargai dan dihitung dengan jujur. Dengan pertimbangan partisipasi yang lebih tinggi dari pemilih, terutama kalangan muda, untuk memastikan representasi yang lebih baik dari beragam lapisan masyarakat. Kampanye yang lebih berkualitas, fokus pada visi, program, dan solusi nyata untuk masalah-masalah yang dihadapi bangsa. Pemimpin yang dipilih mampu bekerja untuk kepentingan rakyat, mengutamakan keadilan, kesejahteraan, dan kemajuan negara juga perlu menjadi pertimbangan penting. Pengawasan yang lebih ketat terhadap dana kampanye untuk mencegah praktek korupsi dan politik uang, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran pemilu untuk menjamin integritas proses demokrasi. Harapan-harapan ini mencerminkan keinginan akan pemilu yang lebih demokratis, transparan, dan berdampak positif bagi masyarakat Indonesia.
Teks Oleh: Maria Santissima TB/PRESSISI 11