Jakarta, 26 September 2024: Departemen Politik & Pemerintahan Fisipol UGM mengeluarkan hasil survei opini dan preferensi politik mahasiswa Indonesia pada Pemilu 2024.
Survei ini merupakan upaya dalam memetakan opini dan preferensi politik tersebut. Survei dilakukan selama dua minggu, dari 24 Juli 2023 hingga 7 Agustus 2023 terhadap 719 mahasiswa yang tersebar di lebih dari 30 perguruan tinggi dari berbagai provinsi di Indonesia.
Hampir separuh dari responden mahasiswa dalam survei ini mengenai ketersediaan lapangan kerja (43,30%) adalah isu yang dianggap paling mendesak diperhatikan oleh calon presiden ke depan.
Rabu, 14 Februari 2024 Institut Seni Indonesia Yogyakarta membuka Tempat Pemungutan Suara (TPS) pertama kali di kampus.
Lalu bagaimana pandangan mahasiswa seni sendiri yang nantinya akan menjadi lulusan yang berbeda dari kebanyakan universitas lainnya yang ada di Indonesia, terlebih seorang seniman terbilang pekerjaan yang sangat disepelekan di masyarakat? Bukankah pemilu ini juga menjadi penentu masa depan untuk para seniman?
Saat berbincang-bincang bersama teman-teman mahasiswa yang ada di kampus, ditemukan banyaknya mahasiswa yang antusias dalam penyumbangan hak suara namun disisi lain tidak kalah pula banyak ditemukan mahasiswa yang tidak ikut serta dalam pemilu tahun ini.
Nah kira-kira apa penyebab dari beberapa mahasiswa yang tidak ikut menyumbangkan suaranya itu? Apakah kurangnya kepedulian terhadap Pemilu 2024 sebagai mahasiswa seni atau memang ada alasan lain yang membuat mereka melakukannya?
“Sebenarnya ada beberapa faktor kenapa saya tidak ikut mencoblos. Pertama karena saya sendiri kurang paham sama mekanisme pencoblosan jadi jujur sedikit malas buat pengurusannya, tau lah namanya anak rantau. Kedua yah kenapa saya tidak memilih karena menurut saya semua paslon tahun ini benar-benar sulit untuk mencari pemimpin yang bersih tanpa kecurangan.” Ujar Salih, salah satu mahasiswa yang tidak ikut serta dalam pemilu.
“Jujur saya merasa memang hal tersebut bisa dikategorikan kurangnya respect kita terhadap Pemilu tapi bukan berarti saya tidak peduli sama sekali. Saya masih sering melihat berita di internet, dan saya merasa resah apa yang akan terjadi 5 tahun ke depannnya. Dan sebagai salah satu mahasiswa seni rupa, kami tahu kalau lingkup kami bukan menjadi salah satu fokus utama pemerintahan namun terlepas dari itu, bukan berarti kami menjadi acuh dan tidak peduli,” tambahnya.
“Ini masalah tentang negara bukan kepentingan satu sektor atau satu lingkup. Dan kalau memang alasan beberapa mahasiswa lainnya karena sektor seni rupa atau industri kreatif kurang diperhatikan sebetulnya para paslon sendiri memberikan ide dan gagasannya yang bisa di dapat pada postingan instagram KMSR ITB. Jadi kami bukan terabaikan hanya saja kadang kalanya kami memilih menutup mata dan telinga terhadap keterbukaan pemerintah. Atau lebih tepatnya, kurangnya literasi diantara kita,” ujar Naufal, mahasiswa lain yang juga tidak ikut serta dalam pemilu.
“Menurutku kepedulian mahasiswa seni terhadap Pemilu cukup antusias seperti mereka yang rela harus pulang ke tempat asalnya hanya untuk ikut Pemilu. Tapi memang ada sebagian dari mahasiswa seni yang memilih untuk golput dan tidak tertarik dengan pemilu, itu dikarenakan mereka berpikir bahwa suara mereka cuman 1 dibandingkan berjuta-juta suara lainnya sehingga mereka merasa suara mereka tidak berharga. Mungkin yang mau aku sampaikan untuk teman-teman seni yang berpikir seperti itu, mereka harus mengerti dan mengingat bahwa 1 suara yang mereka punya sangat berarti untuk memilih calon pemimpin bangsa yang dapat memajukan bangsa, bahkan mengangkat nilai seni di Indonesia ini. Dengan adanya pemimpin yang tepat dapat menjadikakn seni mahasiswa seni lebih diperhatikan dan terfasilitasi dengan baik nantinya untuk proses study.” Ungkap Nanang, mahasiswa yang turut menyumbangkan suaranya pada pemilu.
Memang sebenarnya hal seperti ini menjadi kegundahan di setiap kalangan pemuda. Namun meski begitu sebagai generasi bangsa, dengan belajar memulai sumbangsih terhadap negara yaitu salah satunya memberikan suaranya disetiap pemilu. Harapannya di Pemilu yang akan datang, kepedulian mahasiswa baik seni maupun tidak bisa lebih difokuskan. Meski memang pembahasan dunia kesenian bukan perihal yang menjadikan fokus utama pemerintah, namun sebagai mahasiswa seni memiliki hak pula seperti yang lainnya dalam membantu pemilihan pemimpin bangsa yang sekiranya dapat memajukan bangsa ini sesuai visi dan misi yang telah mereka sepakati. Mengingat lagi literasi itu memang sangatlah penting, benar ucap salah satu mahasiswa yang mengatakan bahwa mungkin bukan diabaikan namun lebih seringnya menutup mata sehingga sedikit pengetahuan yang didapat dan menyimpulkan seadanya dengan opini-opini yang didapat tentang pemerintah. Sebagai generasi bangsa, harapannya bisa menjadi generasi yang pandai dalam mengolah pengetahuan, keterampilan juga kehidupan untuk memajukan bangsa ini menjadi lebih baik, salah satu contohnya seperti ikut memilih pemimpin negara yang baik.
Teks Oleh: Nurul Azami Ramdhani/PRESSISI 12