Seremonial Pembukaan KMDGI (Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis Indonesia) XV telah digelar pada Selasa, 8 Oktober 2024. Bertempat di Laboratorium Seni, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, kegiatan ini diikuti oleh 72 delegasi kampus dari seluruh Indonesia. Kegiatan seremonial pembukaan ini disambut antusiasme para delegasi dan berlangsung dengan khidmat.

Mengutip unibi.ac.id, KMDGI (Kriyasana Mahasiswa Desain Grafis Indonesia) merupakan forum untuk berkumpul, bertukar pikiran, berdiskusi dan mengapresiasi karya/konsep kreatif antar mahasiswa desain grafis se-Indonesia. Forum ini sudah terbentuk sejak tahun 1993 dan masih berlangsung hingga sekarang. KMDGI dilaksanakan setiap dua tahun sekali dengan tuan rumah yang berbeda-beda. Di tahun ini, ISI Yogyakarta berkesempatan menjadi tuan rumah bagi KMDGI XV.
Seremonial Pembukaan KMDGI XV dimulai sekitar pukul 08.30 WIB pagi. Kegiatan ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Selanjutnya, terdapat penampilan Tari Golek yang dibawakan oleh Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Kegiatan opening ceremony KMDGI XV berisi sambutan dari beberapa tokoh, di antaranya Ketua Pelaksana KMDGI XV yaitu Nanda Haditya Prayoga, perwakilan Rektorat ISI Yogyakarta, yaitu Bapak Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., perwakilan Dekanat FSRD ISI Yogyakarta yaitu Muhammad Sholahuddin, S.Sn., M.T., Koordinator Jurusan Desain FSRD ISI Yogyakarta yaitu Martino Dwi Nugroho, S.Sn., MA, Ketua Prodi DKV FSRD ISI Yogyakarta yaitu Daru Tunggul Aji , S.S., M.A., serta Ketua Umum Asosiasi Program Studi DKV yaitu Dr. Intan R. Mutiaz, M.Ds. Kegiatan ini ditutup dengan pemukulan gong secara simbolik oleh Rektor ISI Yogyakarta, Dr. Irwandi, S.Sn., M.Sn., dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
Lewat sambutannya, Yoga selaku ketua pelaksana menjelaskan bahwa KMDGI XV akan menjadi tonggak dimana ide segar konsep kreatif dan karya visual saling berinteraksi. Setiap karya yang dipamerkan bukan hanya hasil dari pengakuan teknis dan artistik tetapi juga merupakan cerminan dari cara para desainer memandang, menyampaikan pesan, dan merespon perkembangan zaman. Ia juga yakin kegiatan ini akan menjadi landasan kuat untuk terus mendorong perkembangan desain grafis dengan skala yang lebih adaptif dan relevan. Adapun Dr. Intan R. Mutiaz, M.Ds, selaku Ketua Umum Asosiasi Program Studi DKV, menyebut bahwa KMDGI tidak hanya menjadi ajang untuk menampilkan karya terbaik dari mahasiswa DKV di seluruh Indonesia, namun juga menjadi simbol kebersamaan dan kolaborasi. Dalam dunia kreatif yang selalu berkembang pesat, kolaborasi adalah kunci untuk menciptakan inovasi melalui kebersamaan. Lewat kolaborasi, kita akan belajar, bertukar gagasan, memperkaya wawasan dalam bidang desain yang begitu luas dan dinamis, baik di level dosen maupun mahasiswa.
KMDGI XV sendiri mengangkat “Siap?!” sebagai tema acara. Tema ini menjadi refleksi dari perubahan mendalam dan cepat yang mempengaruhi cara kita beraktivitas. Pada intinya, perubahan yang begitu cepat ini menantang kita untuk merespon dengan solusi yang tidak hanya solutif, namun juga kreatif. Kata “Siap?!” dipilih sebagai awalan pergerakan untuk menjawab panggilan perubahan ini. Pameran karya dalam KMDGI XV menjadi wadah yang diharapkan dalam memperhatikan aspek-aspek yang mungkin terabaikan dan membawa kembali relevansi pada hal-hal yang terancam terdisrupsi.
Dalam merespon tema ini, tim liputan Pressisi meminta penjelasan terkait karya tematik yang dibawakan kepada beberapa delegasi kampus yang berpartisipasi dalam acara KMDGI XV.
Politeknik Negeri Media Kreatif PSDKU Makassar membawakan “Lupa-Lupa Ingat” sebagai karya tematik mereka. Eca, sebagai salah satu delegasi Politeknik Negeri Media Kreatif PSDKU Makassar menjelaskan bahwa mereka mengangkat isu permainan tradisional yang mulai ditinggalkan. Di era sekarang ini, anak-anak lebih sering bermain gadget daripada permainan tradisional. Dalam karya ini juga, mereka juga membuat ruang ingatan yang menciptakan experience bernostalgia dengan permainan masa kecil.
Adapun Institut Desain dan Bisnis Bali membawakan tentang individu yang merdeka. Dalam karya mereka, terdapat beberapa instalasi patung dengan ekspresi dan gestur yang berbeda. Menurut Rusydi, salah satu delegasi Institut Desain dan Bisnis Bali, masing-masing patung menginterpretasikan emosi yang dirasakan masing-masing individu. Terdapat juga pengeras suara sebagai interpretasi bahwa setiap individu berhak untuk berbicara dan didengarkan orang lain.

(Dokumentasi Pribadi)
Universitas Kristen Satya Wacana mengangkat tema “Kolaborasi AI dengan Desainer”. Mereka menampilkan animasi yang bercerita tentang penolakan desainer terhadap AI.
“Kita sebagai desainer itu harus mengikuti perkembangan AI, tetapi jangan sampai salah menggunakan. Sewajarnya aja pakai AI itu,” jelas Shania sebagai delegasi Universitas Kristen Satya Wacana.
Berbeda lagi dengan Institut Teknologi Sumatera. Mereka merespon ruang terbuka yang terdapat di kampus mereka. Tano, salah satu delegasi ITERA, bercerita bahwa mereka membawakan konsep kantin mereka, yaitu BKL (Bukit Kiara Lestari). Mereka merespon tema “Siap?!” dengan tema yang inklusif, dimana di ITERA sendiri, DKV adalah satu-satunya jurusan seni. Mereka siap untuk mengajak teman-teman dari Program Studi Teknik untuk mengikuti kegiatan-kegiatan seni yang diadakan di kantin kampus. Konsep ini mereka bawa ke KMDGI agar delegasi lain dapat merasakan euphoria yang pernah mereka ciptakan di kantin kampus mereka.

Ada juga kampus yang melakukan kolaborasi, yaitu Universitas Negeri Malang dan Universitas Ma Chung. Konsep yang dibawakan adalah tentang bagaimana desainer beradaptasi di dunia desain. Dalam karya mereka, terdapat instalasi puzzle dengan gambar dan artstyle berbeda yang saling terhubung melalui kabel dan berakhir di seekor bunglon sebagai simbol adaptasi. Hasil dari adaptasi ini adalah 1400 lebih postcard dengan artstyle berbeda dengan desainer yang berbeda pula. Sebagian postcard-postcard ini terpajang di sisi kiri dan kanan tenda.
KMDGI XV kembali diselenggarakan secara offline setelah adanya pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Tentu saja dalam KMDGI XV ini meninggalkan kesan dan pengalaman baru bagi para delegasi.
Shania, delegasi dari Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga menuturkan rasa bahagianya bisa menjalin relasi dengan delegasi lain yang berasal dari berbagai macam daerah dan budaya
“Asik banget sih ini bisa kenal banyak orang. Apalagi, kan ini acaranya nggak cuman pameran aja ya, ada workshop, ada seminar. Jadi kita berkelompok juga saling mengenal, saling mutualan gitu.Terus di sini juga kita belajar menjelaskan konsep yang kita bawa kepada orang-orang, jadi melatih public speaking,” tuturnya dengan semangat.
Selain delegasi dari berbagai macam daerah dan kampus di seluruh Indonesia, ada pula tenant yang berjualan di acara KMDGI XV ini selama tiga hari. Di samping panggung, tempat delegasi tampil dan para bintang tamu menyuguhkan karya mereka di hari terakhir, tim liputan sempat meminta beberapa kesan pesan selama mereka berjualan di sana.
Dari tenant aksesoris “Tamtam Craft” menjelaskan bagaimana target market yang sesuai dengan penjualan dan pemasukan yang lebih ramai dibanding berjualan secara rutin di dalam mall.
“Masukan untuk KMDGI mungkin dari segi briefing, seperti dimana tempat toilet dan hal-hal semacamnya, bisa dikomunikasikan lebih aktif lagi,” tambah Tama, selaku penjual dari “Tamtam Craft”.
Di samping itu, dari tenant “Yozo Yogurt”, Salomo menjelaskan bahwa sepanjang berjualan dan membuka tenant di event-event, lewat KMDGI XV-lah mereka bisa mendapat omset yang besar.
“Di event KMDGI omset Yozo Yogurt ini paling besar. Antusias pembeli tinggi, bahkan dari hari pertama panggung selalu (telihat) ramai,” tuturnya dengan sumringah.
“Masukan secara tenant, itu mungkin bisa diadakan Technical Meeting, karena ngga semua orang bisa paham hanya dengan membaca PDF. Kalau dijelaskan lewat verbal, mungkin pemahamannya bisa lebih merata. Teknisnya bisa tersampaikan dengan jelas. Misalkan, yang jual es teh, kan banyak, gimana biar harga es teh, tuh ngga merusak penjualan satu sama lain,” tambahnya.

Acara berjalan dengan meriah, terbukti di hari terakhir dengan suguhan musik dari KRONG, MAMAHIMA, PORT MORESBY, THE PEAL, MARSMOLYS, serta KARAOKE KAROKOE yang dinikmati oleh pengunjung dan penonton dari dalam maupun luar Jogja.
Acara ini berlangsung selama tiga hari. Dalam rangkaiannya terdapat beberapa kegiatan yang diselenggarakan, yaitu pameran karya tematik dan simbolik, screening karya simbiotik, workshop, sharing session, performance, forum, dan awarding. Rangkaian acara ini resmi ditutup pada Kamis malam, 10 Oktober 2024, dengan gigs sebagai kegiatan penutupnya.
Teks oleh: Saynediva Malika Putri dan Shafa Nabila / Pressisi 12
Informasi yang disampaikan sangat berguna
Informasi yang diberikan sangat mantapp