Legenda Macbeth: Sebuah Kajian Singkat tentang Mahakarya Shakespeare

“What thou wouldst highly,

that wouldst thou holily; wouldst not play false,

and yet wouldst wrongly win.”

– William Shakespeare, Macbeth, 1.5

Bagian naskah tersebut pasti sudah tidak asing lagi untuk kalian, sebuah drama yang begitu kuat sehingga takhayul kuno mengatakan bahwa namanya tidak boleh diucapkan di teater. Sebuah drama yang dimulai dengan ilmu sihir dan diakhiri dengan kepala yang terpenggal, sebuah drama yang penuh dengan teka-teki, nubuat, penglihatan mimpi buruk, dan banyak pembunuhan brutal. Sebuah drama karya William Shakespeare yang terkadang disebut sebagai “scottish play” atau “tragedy of macbeth”.line tersebut adalah bagian dari salah satu naskah macbeth yang ditulis oleh salah seorang penyair, dramawan dan aktor legendaris yang berasal dari Inggris, William Shakespeare. Ia merupakan penulis terbesar dalam sejarah kesusasteraan Inggris, dan mendapatkan sebutan England’s National Poet. Semasa hidupnya ia telah menulis setidaknya 38 naskah drama, 154 soneta, 2 puisi panjang, dan beberapa buah sajak.

William Shakespeare mengawali kariernya di London pada tahun1585 hingga 1592. Namun masa-masa produktif Shakespeare adalah kisaran tahun 1589-1613, dimana ia merangkap sebagai aktor, penulis, serta pemilik Teater Lord Chamberlain’s Men, yang kemudian berganti nama menjadi King’s Man. Di awal karirnya sebagai penulis drama, ia banyak menulis kisah-kisah komedi serta sejarah dimana karya-karyanya dianggap sebagai karya-karya terbaik di bidangnya. Lalu ia beralih menulis kisah tragedi hingga tahun 1608 yang mana salah satu karyanya yang dianggap sebagai salah satu karya terbaik dalam Bahasa Inggris adalah Macbeth.

Macbeth merupakan kisah tentang jendral pemberani yang berasal dari Skotlandia bernama Macbeth yang menerima sebuah ramalan dari trio penyihir bahwa suatu hari dirinyaini akan menjadi raja Skotlandia.Mendengar hal ini dengan ditambah dorongan dari sang istriLady Macbeth segera merencanakan pembunuhan, penghianatan dan kebohongan, beliau pun membunuh sang raja duncan dan mengambil alih kekuasaan. Salah satu adegan yang paling berkesan di dalam adegan ini adalah ketika Lady Macbeth menangis dan berteriak secara histeris ketika dirinya yakin ia tidak dapat “menghapus” darah dari tangannya. Ia pun merasa bersalah terhadap pembunuhan yang mana ia terlah menjadi bagian dari pembuhuhan tersebut. Paranoid yang dirasakan oleh Macbeth setelah mendapatkan kekuasaan membuat nya membunuh lebih bangak orang.

Guna menggulingkan Macbeth,perang saudara pun terjadi yang berujunng pada lebih banyak kematian, obsesi terhadap rasa bersalah menjadi salah satu dari banyaknya tema yang ada di dalam drama ini. Bersama dengan penyalahgunaan kekuasaan, siklus kekerasan dan penghianatan yang tak berkesudahan, dan tentusaja konflik politik yang tek kunjung usai.

Pertama kali dipentaskan di Teater Globe di London pada tahun 1606, merupakan karya tragedi terpendek karya Shakespearenamun jug salah satu karya yang penuh dengan aksi. Sepanjang jalannya drama ini kita dibuat bertanya-tanya tentang ambisi, kekuasaan, dan kekerasan politik yang terus bergema dari masa awal drama ini diciptakan. Hingga kini, kisah ini merupakan adaptasi  dan penggabungan dari kisah-kisah raja Skotlandia dan bangsawan pada masa itu.

Pada awal abat ke-17 Inggris berada dalam situasi politik yang genting, Ratu Elizabeth I meninggal dan tidak ada keturunan yang akan melanjutkan takhtanya. Dalam situasi tersebut para penasehatnya menyarankan takhtanya diberikan pada James Stuart (James VI). Lantas orang-orang pun bertanya-tanya, apa yang membuat seseorang menjadi raja yang sah? Dua tahun kemudian James menjadi sasaran percobaan pembunuhan yang disebut ‘’gunpowder plot”. Kejadian ini membuat  Shakespeare yakin bahwa ia memiliki bahan yang cukup. Ia menggabungkan dan mengadaptasi kisah-kisah raja Skotlandia abad ke-11, dan juga kisah-kisah dari beberapa bangsawan kotlandia lainnya. Ia juga menemukan catatan sejarah dalam “chronicles” karya Hollinshed, sebuah buku sejarah Inggris dan Irlandia yang populer pada abad ke-16.

Shakespeare menginginkan drama ini dapat dinikmati oleh banyak kalangan. Ia tahu ia harus menceritakan kisahnya dengan cara yang menarik perhatian para penontonnya yang beragam dan riuh. Ia mengawali drama ini dengan sangat menakjubkan,menggaungkangemuruh kilat petir sehingga sukses menarik perhatian para penonton. Drama ini disambut baik baik oleh semua lapisan masyarakat. Para penonton kelas atas menyaksikan panggung dari balkon atas yang tertutup, sementara orang-orang lainnya hanya perlu membayar sen dan dapat menonton pertunjukan dari bagian yang lebih terbuka yang biasa di sebut “pit”.

Teks Oleh: Poetry Raya Li Baladina /PRESSISI 12

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.