Sobat ISI Jogja, siapa sih yang nggak tahu galeri RJ Katamsi? Yup, gedung yang biasa digunakan oleh teman-teman mahasiswa ISI Yogyakarta untuk menggelar pameran yang berlokasi berseberangan dengan UPT Perpustakaan daerah belakang kampus. Kira-kira kenapa sih nama beliau digunakan sebagai nama galeri ini? Yuk, kita ulas bareng-bareng!
Mari kita lihat bersama kilas balik perjalanan berdirinya Galeri RJ Katamsi yang dimulai pada tahun 2005 silam. Pada saat itu, Jurusan Seni Murni membuat ruang galeri yang digunakan untuk memamerkan karya para mahasiswanya, dimana galeri ini berlokasi di lantai dua gedung seni lukis, yang sekarang menjadi Ruang Dosen Jurusan Seni. Pada tahun yang sama pula, institut telah memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) Galeri. Keberadaan UPT Galeri dikukuhkan dengan terbitnya Surat Keputusan Rektor ISI Yogyakarta No. 38/KEP/1998 tanggal 7 Mei 1998. Kemudian pada tanggal 2 Mei 2015, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, secara resmi UPT Galeri diberi nama menjadi Galeri R.J. Katamsi. Lalu, apa latar belakang dari pemberian nama galeri ini dan kaitannya dengan tokoh bernama Katamsi ini?
RJ Katamsi, yang dalam semboyannya exlibrisnya adalah ars longa vita brevis itu, lahir di Karangkobar, Banyumas, pada tanggal 7 Januari 1897. Nama lengkapnya, R. Johannes Katamsi Martorahardjo, merupakan cucu dari R. Ng. Sastropermadi yang konon berbakat melukis dan jika benar demikian maka bakat itu menurun kepada cucunya. Namanya dikenal sebagai salah satu tokoh seni rupa dalam periode seni rupa modern Indonesia dan jasa-jasanya sangat dikenang terutama dalam pendidikan tinggi seni. Ia juga turut terlibat dalam mendirikan dan sekaligus direktur pertama Akademi Seni Rupa Indonesia (cikal-bakal Institut Seni Indonesia Yogyakarta) pada tahun 1950-1958. Katamsi juga tercatat sebagai pencipta lambang Universitas Gajah Mada serta yang mengilhami pembuatan logo SMA Negeri 3 Yogyakarta (Padmanaba). Atas jasa dan pengabdiannya, RJ Katamsi pernah menerima Bintang Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia.
Anak desa ini memiliki sejarah pendidikan yang menarik. Bermula dari H.I.S. (Hollandsch Inlandsche School) yaitu Sekolah Dasar Belanda untuk orang-orang Pribumi yang berlokasi di Semarang, kemudian di Sekolah Guru Empat Tahun (Kweekschool) di Yogyakarta. Lalu, beliau pindah ke sekolah guru Gunung Sahari di Jakarta, dan mendapat kesempatan untuk meneruskan pelajarannya di Negeri Belanda, bersekolah di Akademi Seni Rupa (Academie voor Beeldende Kunsten) di Den Haag. Dari tempat studinya ini, Katamsi mendapat ijazah Middelbaar Onderwijs dalam menggambar (MO Tekenan), yang setara dengan ijazah B-II Seni Rupa di Indonesia.
Dengan ijazah itulah pada tahun 1922 Katamsi pulang ke Indonesia dan diangkat menjadi guru di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), Sekolah Dasar yang diperluas dan setingkat SMP sekarang, serta AMS (Algemene Middelbare School) yaitu Sekolah Menengah Umum setingkat SMA di Yogyakarta yang terkenal dengan nama AMS/ B. RJ Katamsi adalah orang Indonesia pertama yang dipercaya menjadi direktur AMS ini. Jabatan sebagai direktur AMS/ B tersebut diteruskan sampai zaman Jepang yang mana sekolahnya berganti nama menjadi Sekolah Menengah Tinggi (SMT).
Menjelang tahun 1935, masih di masa penjajahan Belanda, RJ Katamsi mendapat tugas untuk membina tukang-tukang ukir perak di Kota Gede, Yogyakarta, khususnya dalam hal penciptaan seni hias atau ornamen. Di masa pendudukan Jepang, ia mendapat sampiran tugas dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk juga menjabat sebagai Kepala Museum Sonobudoyo (1942-1950). Di masa itulah RJ Katamsi menyerahkan sebagian koleksi pribadinya yang berharga kepada museum untuk melengkapi koleksinya.
Puncak pengabdian RJ Katamsi untuk negara dan seni budaya adalah keberhasilannya mendirikan akademi seni yang pertama di Republik Indonesia berkat bantuan para seniman dan budayawan di Yogyakarta. Sebagaimana dimaklumi, pada tahun 1946, bersama dengan pindahnya ibukota Negara dari Jakarta ke Yogyakarta, hijrah pula para seniman ke ibukota republik yang baru, Yogyakarta, yang dulu terkenal dengan nama Ngayogyakarta Hadiningrat. Maka berkumpulah di Yogyakarta tokoh-tokoh seniman seperti Sudjojono, Affandi, Hendra Gunawan dan beberapa tokoh lainnya
Jasa-jasa Katamsi mengambil peranan besar dalam eksistensi galeri ini yang masih kokoh berdiri hingga sekarang. Galeri RJ Katamsi saat ini sangat besar andilnya dalam mempresentasikan hasil karya seni rupa para mahasiswa/dosen/alumni ISI Yogyakarta dan seniman dari luar negeri. Galeri bertujuan untuk menunjang pendidikan dan pengembangan seni di lingkungan ISI Yogyakarta serta meningkatkan apresiasi seni masyarakat. Selain itu, Galeri RJ Katamsi juga melakukan kegiatan penelitian seni, konservasi seni, diskusi, seminar, workshop dan edukasi publik dan hingga saat ini sangat terbuka untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk bersama-sama berkreasi dan berkesenian.
Harapannya, Galeri RJ Katamsi ini dapat menjadi ruang dimana karya seni dipamerkan untuk dinikmati oleh publik. Dengan tidak lepas dari fungsi utamanya sebagai tempat untuk memperkenalkan, memamerkan, dan mempromosikan karya seni kepada khalayak. Melalui galeri pameran, seniman dapat berbagi karyanya dengan orang lain, memicu diskusi dan apresiasi terhadap seni, serta menciptakan pengalaman estetis yang mendalam bagi pengunjung. Galeri pameran juga berperan sebagai pusat kegiatan budaya dan pendidikan, yang menyelenggarakan berbagai acara seperti pembukaan pameran, lokakarya seni, dan diskusi panel guna mendukung pertumbuhan dan pengembangan komunitas seni.
Teks Oleh: Maria Santissima Trindade Borromeu/PRESSISI 11