YOGYAKARTA, PRESSISI – Festival Film Sewon Screening (SS) merupakan festival film yang rutin digelar tahunan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Film dan Televisi Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Pada gelaran ke-8 ini, SS kembali hadir secara luring setelah dua tahun sebelumnya dilaksanakan daring mengingat adanya pandemi.
Dibuka secara resmi oleh Dr. Irwandi, S.Sn, M.Sn selaku dekan Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) ISI Yogyakarta, main event SS berlangsung selama lima hari yang dilaksanakan mulai 27 September 2022 hingga 1 Oktober 2022 di lingkungan FSMR ISI Yogyakarta.
“Pemilihan tema ‘Dekonstruksi’ sebagai tema penyelenggaraan Sewon Screening tahun ini menjadi bentuk semangat Sewon Screening dalam memberikan sajian, hiburan, dan referensi kepada masyarakat setelah masa pandemi.” Ucap Ibnu selaku Festival Director dalam kata sambutannya.
Dengan tema ‘Dekonstruksi’, SS bekerja sama dengan banyak pihak untuk menghadirkan program-program yang menghibur dan bermanfaat. Dalam lima hari pada pelaksanaan main event¸ terdapat program penayangan film pendek, seminar film, workshop film, pendidikan film, pameran arsip, hingga temu komunitas.
Dalam kata sambutannya, Nia Widiandini selaku ketua HMJ Film dan Televisi mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh panitia dan pihak yang sudah membantu karena bisa kembali menjalankan program rutin tahunan ini.
“Ini menjadi suatu kegiatan yang mewadahi ekspresi, sebagaimana kesempatan mahasiswa untuk menunjukkan kreativitasnya. Juga membangun link dan jaringan pada bidang film dan televisi dengan ekosistem yang ada. Sewon Screening ini juga menjadi wadah pengabdian (kepada) masyarakat dengan memberikan edukasi (melalui) tontonan.” Ucap Lilik Kustanto selaku ketua jurusan program studi Film dan Televisi.
Pada rangkaian pra acara, SS mengadakan program yang mengajak para sineas film untuk saling bertemu melalui program daring bertajuk SS Talk yang dilakukan melalui siaran langsung Instagram dan diskusi ringan dalam Twitter Space. Masih dalam rangkaian pra acara daring, SS berkolaborasi bersama Womens Empowerment Indonesia untuk membuat pemutaran film pendek dan diskusi dengan mengangkat isu-isu perempuan.
Program pra acara yang kembali dilakukan setelah dua tahun lalu terhenti adalah layar tancap pemutaran yang dapat ditonton oleh masyarakat sekitar. Seluruh film yang ditayangkan pada festival SS telah melewati proses peninjauan dan kurasi serta pemberian kategori penggolongan usia pada setiap filmnya.
Setiap harinya tak kurang dari 300 pengunjung hadir untuk mengikuti rangkaian acara SS. Tahun ini, kegiatan SS kembali dikunjungi oleh lebih dari 20 komunitas film dari seluruh Indonesia.
Oleh: Moch. Fadliawan / Pressisi 10