Menyelami Kisah Panji Lewat Pagelaran Wayang Panji di Museum Sonobudoyo

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menyandang gelar kota seni dan budaya. Berbagai macam kesenian masih dirawat dan dikembangkan di penjuru Yogyakarta, mulai dari seni rupa, tari, musik, hingga teater. Salah satu pusat kebudayaan yang populer dikunjungi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara adalah Museum Sonobudoyo. Letaknya yang strategis dan dekat dengan salah satu tujuan wisata, Malioboro, menjadikannya tak pernah luput dari kunjungan wisatawan.

Museum Sonobudoyo memiliki banyak koleksi, diantaranya: wayang, batik, senjata, etnografika, ukiran, dan berbagai benda seni bersejarah lainnya. Selain benda fisik, Museum Sonobudoyo juga mengadakan pagelaran rutin setiap minggunya. Beragam pagelaran tersebut yaitu wayang orang, wayang kulit, dan wayang topeng panji yang dibawakan oleh berbagai komunitas seni di Yogyakarta.

Sebagai salah satu pagelaran rutin, wayang topeng panji menarik untuk disaksikan. Dilansir dari leaflet digital Museum Sonobudoyo, wayang topeng panji berisi kisah-kisah seputar tokoh yang bernama Panji, Sekartaji, dan Klana Sewandana, dimana tokoh-tokoh tersebut memiliki banyak penyebutan nama di setiap cerita yang berbeda. 

Salah satu kisah panji yang disajikan adalah Panji Jayakusumo, dibawakan oleh Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta. Pagelaran ini dibuka oleh Tari Golek Ayun-Ayun, tarian ini menggambarkan seorang gadis remaja yang beranjak remaja dan suka merias diri. Setelah Tari Golek Ayun-Ayun, pagelaran pun berlangsung dengan durasi 1 jam 15 menit.

Panji Jayakusumo berkisah tentang Panji Jayakusumo yang merupakan penjelmaan Panji Asmarabangun di tengah serangan dua kesatria bernama Jaya Asmara dan Jaya Lengkara ke Kerajaan Kediiri. Kisah ini diawali oleh sang Prabu Klana yang jatuh cinta dengan Dewi Sekartaji, putri dari Kerajaan Kediri. Patih Gurdha pun diutus oleh Sang Prabu Klana untuk melamar Dewi Sekartaji.

Di tempat lain, di Kerajaan Kediri sedang terjadi pertempuran antara Raden Jayakusumo melawan dua ksatria, yaitu Raden Jaya Asmara dan Jaya Lengkara. Raden Jayakusumo pun memenangkan pertempuran tersebut. Kemudian, terungkaplah bahwa kedua ksatria itu merupakan jelmaan dari Dewi Sekartaji dan Dewi Ragil Kuning.

Setelah kejadian itu, Dewi Sekartaji dibawa pergi oleh Sang Prabu Klana yang menyelinap ketika Dewi Sekartaji tengah bercengkerama dengan dayang-dayangnya di Taman Keraton Kediri. Namun di tengah hutan, Panji Jayakusumo mencegat mereka dan meminta Dewi Sekartaji kembali. Pertempuran antara Bantaragin dan Kediri tidak dapat dielakkan.

Kemenangan pun berhasil diraih oleh Kerajaan Kediri. Setelah mengalahkan Kerajaan Bantarangin, Panji Jayakusumo berubah wujud kembali menjadi Panji Asmarabangun, dan diterima kembali oleh ayahanda Prabu Amiluhur. Mereka pun kembali ke Kerajaan Kediri.

Pagelaran Wayang Topeng Panji dapat disaksikan langsung di di Pendopo Timur Museum Sonobudoyo. Pagelaran ini berlangsung pada hari Jum’at-Minggu jam 20.00 WIB setiap minggunya. Adapun tiket yang perlu dibeli seharga Rp20.000,- bagi pengunjung domestik dan Rp50.000,- bagi pengunjung mancanegara.

Teks oleh: Shafa Nabilah / PRESSISI 12

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.