Mosi Tidak Percaya: ISI Yogyakarta Tidak Baik-Baik Saja

Perwakilan aliansi mahasiswa bertemu dengan Ketua BEM ISI Yogyakarta, Akbar Maulana.

Sabtu, 14 September 2024, Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta (BEMI) menyelenggarakan acara DiISIFEST sebagai kelanjutan dari rangkaian PKKMB 2024. Acara ini berbentuk kegiatan pentas seni dan expo UKM sebagai  unjuk bakat dan berekspresi ria sekaligus promosi UKM serta Ormada yang ada di kampus ISI Yogyakarta. Di tengah perhelatan itu, tim liputan Pressisi menemukan sekumpulan mahasiswa yang turut mempertunjukkan ekspresi mereka atas kasus-kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang sedang terjadi di kampus ISI Yogyakarta. 

Orang-orang yang tergabung dalam aliansi mahasiswa itu membelah kerumunan mahasiswa baru di depan gerbang masuk DiISIFEST. Mereka membawa banner dan poster yang melantunkan nada-nada marah atas bagaimana kampus ISI Yogyakarta beserta instrumen dan jajarannya merespon serta menangani kasus-kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi. Raungan aksara-aksara marah tersebut berbunyi, MAHASISWI BUKAN PROPERTI #SENIMANKOKDIAM”, “WASPADA KAMPUS TERNAK PREDATOR”, “KAMPUS NIREMPATI”, “STOP NORMALISASI KEKERASAN SEKSUAL”, “PELECEHAN BUKAN LELUCON #KAMPUS CABUL”, dan “MOSI TIDAK PERCAYA BEM EKSKLUSIF MAHASISWA”. 

Banner dan poster dibentangkan di depan gerbang DiISIFEST

Salah satu banner terlihat menyoroti soal hilangnya kepercayaan mahasiswa terhadap Badan Eksekutif Mahasiswa ISI Yogyakarta (BEM Institut & Fakultas) yang seharusnya menjadi payung bagi aspirasi mahasiswa. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh tim liputan dengan salah satu mahasiswa yang turut mengikuti aksi, BEM dan HMJ/P dinilai tidak serius dalam merespon dan menanggapi kasus-kasus yang terjadi sebab apa yang telah dikonsolidasikan sebelumnya tidak kunjung dilaksanakan, sehingga terkesan sengaja melalaikan kesepakatan dan tanggung jawab. 


“Karena mereka kemarin ada ketidaksesuaian dan janji yang diingkari oleh lembaga-lembaga mahasiswa, yaitu BEM dan HMJ/P untuk menyatakan sikap dan tuntutan, tapi itu tidak terjadi. Kami juga menuntut adanya sikap dan tuntutan dari teman-teman lembaga kemahasiswaan yang seharusnya merepresentasikan suara mahasiswa,” ujarnya. 

Banner “Kampus Nirempati” dibentangkan sebagai sindiran terhadap apatisme ISI Yogyakarta dan seisinya

Beberapa banner juga terlihat menyoroti sikap masyarakat ISI Yogyakarta yang dinilai apatis terhadap isu dan kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi di kampus. Ironinya, masyarakat seni yang seharusnya mampu mengekspresikan diri dengan bebas dan bersuara terkait apa yang terjadi di sekitarnya sebagai representasi masyarakat yang beradab justru memilih menutup mata dan telinga. 

Aliansi mahasiswa tersebut sempat berkonsolidasi langsung dengan pihak BEMI, lalu mereka membentuk lingkaran dan berdemonstrasi di depan gerbang utama DiISIFEST. Orasi-orasi dilakukan. Mereka melantangkan keresahan akan sikap ISI Yogyakarta beserta instrumen dan jajarannya yang apatis terhadap kasus-kasus yang terjadi di lingkungan hidup sekitarnya lewat narasi-narasi ekspresif nan eksplosif,

“Pesta estetik, minim dialektik! Kampus ISI Yogyakarta sebagai salah satu lembaga pencetak pilar kebudayaan telah melakukan pembodohan secara struktural. Kesadaran dan nalar kritis mahasiswa dibungkam atas nama seni untuk keindahan dan proyek-proyek borjuasi kesenian. Sebab, mahasiswa apatis yang tidak berpikir kritis adalah mahasiswa yang perlu diternak untuk melanggengkan status-quo kampus seni yang mandul pemikiran!” gaung terdengar. 

Tak lama berselang, terjadi kesepakatan antara aliansi mahasiswa dengan BEMI untuk melakukan pernyataan sikap secara langsung di hadapan para mahasiswa baru. 

Terkait konsolidasi yang dilakukan oleh aliansi mahasiswa dengan BEMI dan BEMF, mereka enggan menjelaskan hasil konsolidasi tersebut. Melainkan, mereka mengatakan dengan lantang, “Kami akan terus mengawal!”.

Teks oleh: Nur Aisyah Deviyanti / PRESSISI 11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.