Biennale Jogja 2023 kali ini mengusung tema besar “Titen” yang berarti “Ilmu Bertumbuh atau “Pijakan Berubah”. Pada tahun ini Biennale Jogja membuka era baru yang benar-benar berbeda dengan rangkaian Biennale Jogja sebelumnya. Menampilkan serangkaian program yang belum pernah ada sebelumnya berupa Pameran Anak Saba Sawah yang dihidupkan oleh sekumpulan seniman cilik. Pameran ini merupakan upaya dari pihak Biennale Jogja untuk menampilkan karya-karya yang jarang dilihat serta salah satu cara mengapresiasi karya anak-anak melalui reaksi mereka terhadap ruang. Karya-karya dalam pameran ini berkaitan dengan aktivitas anak-anak yang jarang terlihat atau dimainkan lagi.
Pameran Anak Saba Sawa resmi dibuka pada Sabtu (21/11/ 2023) setelah diadakannya sembilan workshop pra-pameran yang diikuti oleh peserta pameran selama kurun waktu dua hingga tiga minggu. Lebih dari 90 peserta menunjukkan antusiasmenya dalam mengikuti berbagai kegiatan di pameran ini, khususnya peserta dari seluruh sekolah dasar di Panggungharjo dan Bangunjiwo sebagai undangan serta peserta umum dari homeschooling.
Pembukaan pameran Saba Sawah berlangsung menarik dengan penampilan yang diisi oleh Jaranan Bangunjiwo dan permainan Ancak-Ancak Alis oleh anak-anak peserta pameran. Pameran ini resmi dibuka oleh Ibu Aliya Swatika selaku Direktur Yayasan Biennale Yogyakarata dengan memainkan otok-otok bersama kemudian setelahnya melakukan tur pameran.

Bu Alexa dan Ayi merupakan salah satu peserta yang turut memeriahan pameran Anak Saba Sawah. Awalnya mereka mengikuti kegiatan Traveler School di Jogja, setelah itu mereka menemukan informasi mengenai Pameran Anak Saba Sawah di Instagram dan mendaftar tanpa membawa karya pribadi. Bercerita tentang Ayi, murid homeschooling asal Jakarta, Ayi sudah aktif dalam kegiatan kesenian sejak umurnya tiga tahun. Lalu di usianya yang ke delapan tahun ini, Ayi mengikuti beberapa rangkaian pameran dari Biennale Jogja yang sebelumnya jarang ditemukan di Jakarta secara gratis. Dalam pameran ini Ayi membuat empat karya yang dibuatnya dalam kegiatan workshop pra-pameran. Pameran Saba Sawah tidak menentukan pengiriman karya yang sudah jadi, sebaliknya dalam pameran ini semua karya peserta pada serangkaian kegiatan pra-acara akan dipamerkan.
Kegiatan pra-acara Pameran Anak Saba Sawah sangat menarik untuk merespon kreativitas anak-anak serta mengurangi kesibukan bermain gawai. Rangkaian pra-acara yang telah berlangsung berupa workshop pembuatan karya lukisan, kerajinan, hingga mainan anak-anak. Terdapat banyak karya yang dipajang mulai dari lukisan hingga mainan anak-anak yang mana sudah jarang ditemui bahkan dimainkan akhir-akhir ini. Karya berupa lukisan hingga mainan yang dibuat berkelompok menjadi cara pameran ini menyatukan kreativitas serta melatih kerjasama antar anak. Seperti yang diungkapkan Ibu Alexa, bahwa di Jakarta sendiri jarang sekali bahkan hampir tidak ada kegiatan sebagus ini dimana workshop dan pameran dibuka untuk umum dan gratis.
Pembukaan Pameran Saba Sawah juga menggelar pemutaran film Bioscil (Bioskop Cilik) yang dibagi dua sesi serta diskusi film di akhir kegiatan. Semua rangkaian pameran dan pemutaran berlangsung di Balai Budaya Karangkitri dengan dikelilingi sawah serta aroma pupuk yang membuat suasana semakin sangat dekat dengan alam.
Teks dan foto oleh Nurul A’mal Mustaqimah/Pressisi 11