Pameran Mbludak sebagai Bentuk Kepedulian Lingkungan Sekitar

Pameran Mbludak sebagai wacana tersendiri penggunaan media pameran dalam penyuara isu  lingkungan.

Poster Pameran Mbludak Foto: Dok. Manajement Pameran Mbludak

Isu lingkungan telah menjadi wacana umum dalam satu dekade terakhir. Terkhusus penggunaan plastic yang secara intensif digunakan manusia, dan  dampak dari sampah plastik yang sukar terurai. Kenyataan tersebut yang melatarbelakangi penciptaan pameran  “Mbludak” oleh sekelompok mahasiswa prodi Tata Kelola Seni. Istilah mbludak sendiri diambil dari Bahasa Jawa sehari-hari yang berarti “penuh sampai tidak terkendali lagi”.

Pameran  Mbludak yang dilaksanakan   pada tanggal 1-2 mei 2024 tersebut, memberikan wacana tersendiri terhadap media pameran sebagai penyuara isu lingkungan yang masih membutuhkan kepedulian dan kesadaran seluruh tatanan masyarakat. Pameran ini menggaet beberapa seniman yang juga menggunakan isu lingkungan sebagai latar belakang penciptaan karya. Diantaranya yaitu  Endry_Pragusta, Ismuismoyo, Senjayyey, Iwan Wijono, dan Adit doodleman.

Iwan Wijonosendiri  menampilkan karya berjudul punden plastic nirvana. Karya tersebut tersusun dari batu bata yang terbuat dari limbah residu dan limbah plastik. Saat pembukaan di WALHI ia menuturkan  bahwa limbah residu dan limbah plastic adalah limbah yang paling tidak laku dan merusak alam.

“Limbah Residu  adalah limbah yang paling tidak laku, sedangkan limbah plastic adalah limbah paling merusak alam, sehingga keduanya menjadi komponen pas untuk alternatif penanganan sampah dan limbah” jelas Iwan Wijono (1/5/24)

Punden Plastik yang terbuat dari limbah residu dan limbah plastik  Karya Iwan  Wijono.  Foto: Dok. Manajement Pameran Mbludak

Di lain sisi Aditdoodleman telah lama merepresentasikan karya sebagai bentuk kritis sarkas terhadap sampah kota  Yogyakarta.  Ia merespon tumpukan kantong sampah sebagai media untuk menggambar grafiti doodle ciri khasnya.  Dalam pameran mbludak  ia memiliki harapan agar isu lingkungan bisa didengar bukan hanya di ruang publik saja, namun dapat disuarakan di ruang publik lainya melalui bingkai seni.

Karya Adit doodleman “Wasted  on  The Side Walk” pada pameran Mbludak di Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI). Foto: Dok. Manajement Pameran Mbludak

Pameran Mbludak dilaksanakan berkala di dua tempat yaitu  pembukaan di  Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), dilanjutkan  hari kedua di Ruang Melamun. Selain  memamerkan karya Pameran Mbludak juga menampilkan screening sebagai bentuk bagian inti dari pameran dan loka karya merangkai bunga menggunakan limbah plastik.

“Kami menggelar screening sebagai bentuk bagian inti dari pameran kami, kami memilih screening sebagai media baru untuk dikenalkan kepada masyarakat.”  Tutur Kurator (4/5/24)

Beberapa peserta mengikuti lokakarya merangkai bunga dengan plastic.
Lokakarya dipandu oleh Ibu Hastuti. Foto: Dok. Manajement Pameran Mbludak

Terlaksananya pameran Mbludak menjadi harapan agar pameran tersebut  bisa menjadi pengingat masyarakat terkhusus Yogyakarta, bahwa masalah sampah tidak hanya sebatas pengelolaan namun juga keberlanjutan 

“Harapan kami adalah agar pameran ini bisa menjadi pengingat lagi untuk masyarakat Yogyakarta bahwasanya urusan sampah ini seperti ‘never ending story‘ yang dimana solusinya itu bukan hanya sebatas pengelolaan, namun juga keberlanjutan. Dan agar pemerintah bisa mendengar dan terbuka lagi dengan berbagai keluhan masyarakat.” Tutur Kurator (4/5/24)

Teks oleh: Dinda Galuh Prameswari /PRESSISI 11

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.