Pementasan Teater Tradisi Hang Tunam di Taman Budaya Yogyakarta

Pertunjukan teater tradisi riau bertajuk Hang Tunam karya Zulkarnain Al Idrus sukses dipentaskan pada tanggal 10 Januari 2023 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Pertunjukan teater tradisi yang berdurasi sekitar 2,5 jam ini merupakan Tugas Akhir Keaktoran Mukhlis Muarif, mahasiswa Jurusan Teater Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Melalui kepiawaiannya dalam berakting, Mukhlis Muarif berhasil menghipnotis ratusan penonton melalui perannya sebagai Hang Tunam.

(Hang Tunam. Dokumentasi: Priska Agnaristy, 2023)

Dalam mendukung proses penciptaan karakter Hang Tunam, Mukhlis Muarif mengaku telah mengabiskan waktu selama 1 tahun 6 bulan. Waktu tersebut hanya untuk observasi, belum termasuk masa produksi. Sang aktor tersebut melakukan observasi secara langsung di lembaga Adat Melayu Riau dan telah melakukan perjalanan ke 12 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau untuk mencari sumber data dan informasi. Mukhlis juga menambahkan bahwa dirinya turut melakukan wawancara kepada penulis naskah Hang Tunam secara langsung untuk mengetahui sudut pandang dari penulis.

Selain melakukan observasi di 12 Kabupaten yang ada di Riau, aku juga melakukan wawancara kepada penulis naskah Hang Tunam secara langsung, sehingga aku mengetahui sudut pandang penulis terhadap tokoh Hang Tunam. Kemudian aku mencoba mengaplikasikannya sebagai seorang tokoh Hang Tunam dan melakukan latihan-latihan teater bangsawan yang umumnya dekat dengan alam.” Ujarnya saat diwawancarai oleh Tim Pressisi pada selasa (10/01).

(Hang Tunam. Dokumentasi: Priska Agnaristy, 2023)

Di balik kesuksesannya dalam memerankan tokoh Hang Tunam, terdapat kesulitan yang dialaminya dalam proses latihan.

Kesulitan yang awalnya aku alami ada pada kondisi fisik dan juga bahasa. Namun dengan kerja keras dan optimis, akhirnya aku bisa mempelajari silat, tarian, dan juga bahasa dengan baik.” Jelas sang aktor.

(Potret Penonton Hang Tunam. Dokumentasi: Priska Agnaristy, 2023)

Sang aktor berharap semakin banyak generasi muda yang melestarikan kesenian tradisi, contohnya dengan menjadi pelaku ataupun penikmat kesenian tradisi. Dirinya juga menambahkan bahwa pengarsipan kebudayaan sangat penting dilakukan karena dapat digunakan sebagai referensi dan edukasi bagi generasi yang akan datang.

Mari kita lestarikan tradisi yang dibawa oleh leluhur kita. Di manapun kita tinggal selama itu di Indonesia, kita sangat dekat sekali dengan namanya budaya. Namun sayang sekali kita luput dengan proses pengarsipan budaya, proses pengarsipan penting sebagai bahan pembelajaran bagi generasi yang akan datang.” Pesannya.

(Hang Tunam. Dokumentasi: Priska Agnaristy, 2023)

Berakhirnya pertunjukan teater tradisi Hang Tunam disambut oleh gemuruh tepuk tangan penonton. Beberapa penonton turut memberikan komentarnya selepas menonton pertunjukan teater tradisi Hang Tunam, berikut adalah beberapa komentar penonton berdasarkan wawancara Tim Pressisi pada Selasa (10/01).

Adanya unsur komedi dalam pertunjukan Hang Tunam mengingatkanku pada pertunjukan Dul Muluk dari Palembang. Adegan kucing mencuri ikan dan ayam, serta respon dari 3 laki-laki bersaudara itu memancing gelak tawa kami (penonton).” Ujar Puad (21).

Pertunjukan ini sangat dramatis, dan aku suka banget. Aku menikmati komedi, teknik bela diri, dan konflik antartokoh.” Ujar Shaffa (20).

Melalui pertunjukan Hang Tunam, saya merasa benar-benar masuk ke dalam nuansa tradisional Riau. Menarik, selain menyajikan seni peran, juga menyelipkan seni bela diri dan juga tarian. Namun, sebagai penonton yang bukan berasal dari suku Melayu, saya kesulitan dalam mencerta dialoh pemain yang menggunakan bahasa daerah Melayu.” Ujar Juanita (20).

Teks oleh: Krisna Tama/Pressisi 10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.