Raden Saleh, Sang Pelopor Seni Rupa Modern

Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh (Sumber : Twitter Keraton)

Sekitar 170 tahun yang lalu, Raden Saleh membawa lukisan termahsyurnya yang menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro di Magelang. Lukisan itu ia persembahkan kepada Raja Belanda Willem III (memerintah tahun 1849-1890), sebagai tanda terima kasihnya atas pendidikan yang didapatnya selama hampir 23 tahun di Eropa.

Menurut Mikke Susanto, dosen Program Studi Tata Kelola Seni, Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta pada majalah Intisari edisi ke 704 yang rilis Mei 2021 ini mengatakan bahwa “Hal ini mengingat sebagian terbesar kehidupannya (Raden Saleh) ditanggung oleh keluarga pemerintahan Belanda, di samping itu ia disenangi dan dihargai oleh kerajaan Belanda” Jelas Mikke.

Lama menempuh pendidikan di Negeri Barat, Raden Saleh terkenal mahir melukis menggunakan teknik Barat (Modern untuk masyarakat Nusantara). “Jadi meskipun Saleh berasal dari Jawa, tapi pemikiran dan konsep seninya adalah modern atau Barat” kata Mikke. Raden Saleh juga dikenal sebagai pelopor seni modern di Indonesia.

Potrait Raden Saleh (Sumber : Wikipedia)

Raden Saleh lahir di Terboyo, Semarang, Jawa Tengah pada 1807. Saat umurnya mencapai sepuluh tahun, Saleh diserahkan kepada pamannya yang merupakan Bupati Semarang.

Raden Saleh memiliki kepekaan yang baik terhadap seni. Di sisi lain ia memiliki sifat yang ramah, sopan santun, dan juga mudah bergaul. Sehingga tak sulit baginya untuk bergaul dengan orang-orang asing. (Hal ini membuat Saleh tidak merasa kesulitan dalam menjalin pergaulan dengan orang manapun, bahkan orang asing sekalipun)

Di suatu hari, Raden Saleh mendapat kesempatan untuk menjadi calon pegawai di Lembaga Pusat Penelitian Pengetahuan dan Kesenian di Bogor. Di lembaga itulah Raden Saleh bertemu dengan Antonie Auguste Joseph Payen.

Pertemuannya dengan seorang pelukis berkebangsaan Belgia A. A. J. Payen sangat berpengaruh pada perjalanan hidup Raden Saleh selanjutnya. Payen adalah seorang mantan mahaguru Akademi Seni Rupa di Doornik, Belanda. Melalui Payen, Saleh banyak belajar dan mendalami teknik seni lukis Barat, salah satunya teknik cat minyak.

Payen membawa Saleh ke Cianjur untuk disekolahkan sekaligus belajar melukis. Beberapa kali Payen juga mengajaknya dalam perjalanan ekspedisi untuk membuat beberapa gambar dan litografi dari berbagai objek alam. Seringkali Payen mengajak Saleh dalam perjalanan dinas keliling Pulau Jawa mencari model dan pemandangan untuk dilukis.

Menurut buku Asal-Usul Perang Jawa oleh Peter Carey, dikatakan pada tahun 1829 Gubernur Jendral Van der Capellen memberangkatkan dan membiayai Saleh belajar ke Belanda. Di samping itu, Saleh mengemban tugas untuk mengajari Inspektur Keuangan Belanda yakni Jean Baptiste de Linge tentang adat istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu.

Lima tahun pertama di Belanda, Raden Saleh belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman, dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout. Kedua pelukis ini dikatakan menyamai selera orang Belanda dalam melukis. Pada masa ini, kemampuan Saleh benar-benar berkembang pesat. Namanya pun juga semakin populer. Hingga akhirnya ia pun menggelar pameran di Den Haag dan Amsterdam. Karyanya mendapat banyak apresiasi dari masyarakat Belanda.

Selain melukis, Raden Saleh juga tertarik dengan ilmu-ilmu lain. Sehingga setelah studinya selesai, Raden Saleh tidak langsung pulang ke Indonesia. Ia mengajukan permohonan tinggal lebih lama untuk mempelajari ilmu lain diluar melukis, yaitu ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat. Permohonannya tersebut dikabulkan oleh Raja Willem I (1772-1843) dan pemerintah Hindia Belanda, namun ia tidak lagi mendapat beasiswa dari pemerintahan Belanda.

Setelah itu, Raden Saleh juga sempat menjadi pelukis istana Kerajaan Belanda. Kemudian pada masa pemerintahan Raja Willem II (1792-1849), Saleh kembali mendapat dukungan untuk meneruskan studinya. Selama Saleh belajar di Dresden, Saleh mendapatkan apresiasi dan kepercayaan untuk menyandang status tamu kehormatan kerajaan Jerman.

Pada 1843, sebelum kembali ke Belanda, Raden Saleh meneruskan studinya ke Weimar selama satu tahun. Kemudian ia memutuskan untuk kembali ke Belanda dan menjadi pelukis kerajaan Belanda.

Raden Saleh banyak bertualang ke Eropa lain di luar Belanda. Ia tinggal dan berkarya di Prancis pada 1844-1851. Menurut sejarah, aliran romantisme yang dijumpai pada lukisan Raden Saleh muncul pada masa ia belajar di Eropa.

Pada 1846, ia bersama pelukis Prancis kenamaan Horace Vernet, pergi ke Aljazair dan tinggal selama beberapa bulan di sana. Pada saat itulah Raden Saleh mendapat inspirasi untuk melukis satwa di padang pasir.

 

Perburuan Rusa karya Raden Saleh (Sumber : Wikipedia)

 

Pengamatannya di Aljazair melahirkan karya-karya baru berupa sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bingkai-bingkai berukuran besar.

Lukisan karya Raden Saleh memiliki gaya romantisme dan terkesan lebih realis. Hal ini lah yang membedakan lukisannya dengan karya seniman-seniman Nusantara pada masa itu.

“Banyak pelukis tradisional yang masih memakai gaya dekoratif dalam menggambar objek. Misalnya harimau atau tetumbuhan” jelas Mikke. Sehingga tak salah jika dikatakan bahwa dalam dunia Pendidikan Seni Rupa Indonesia tidak terlepas dari karya-karya kontemporer milik Raden Saleh. Raden Saleh sendiri dikenal sebagai pelopor Seni rupa Modern Nusantara. Karya-karyanya memiliki nilai dan kualitas tinggi yang telah diakui oleh khalayak luas.

Kerap kali Raden Saleh yang merupakan tokoh penting Seni Rupa Indonesia ini dikatakan sebagai Sang Pembaharu. Selain gaya romantisme dan realis, terdapat pula elemen-elemen Jawa yang menjadi ciri khas pada lukisan Raden Saleh.

Raden Saleh meninggal di Bogor pada 23 April 1880. Jejaknya yang sangat inspiratif membuat Raden Saleh dikenal sebagai salah satu tokoh Seni Rupa yang berpengaruh di Indonesia.

 

 

Teks: Haddafa Bahita Ishami Ghani / Anggota Pressisi angkatan 10

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.