Lebaran Seni 2018 telah dimulai. Seperti di tahun-tahun sebelumnya, ada banyak sekali pameran seni yang digelar secara paralel. Yogyakarta kembali menjadi pusat perhatian penikmat seni kontemporer.
Pada Minggu (6/5), pameran seni rupa bertajuk Nggambar Rabarbar dibuka di Sesama Art Space. Pameran ini menampilkan karya-karya seniman muda asal Salatiga, antara lain; Andryan Ade, Bio Andaru, Dimas Kriting, Fandy Panda, Tri Pandrong, Widianta Rante Balik, “Peyok” Nugroho, dan Sogik Prima Yoga. Seniman-seniman muda ini tergabung dalam kelompok Salatiga Coret.
Salatiga Coret terbentuk atas inisiatif Namuri, “Peyok” Nugroho, dan Fandy Panda. Tiga perupa tersebut terdorong untuk mendirikan wadah bagi seniman-seniman Salatiga untuk berkumpul bersama. Ketika ditanya terkait motivasi pembentukan kelompok ini, Fandy Panda bercerita bahwa mereka awalnya menyontek. Seperti Bali dan Padang yang sudah lama memiliki komunitas seni di Jogja, “Tujuannya itu ingin ada wadah yang enggak mengikat tapi bisa buat berkumpul bersama,” jelasnya.
Sebagai wadah, semangat kelompok ini adalah untuk mengayomi perupa-perupa Salatiga yang datang ke Jogja. Ketika regenerasi terus bergulir, keberadaan kelompok ini berfungsi sebagai titik kumpul bagi generasi seniman Salatiga saat ini. Kelompok ini tidak memiliki struktur organisasi konvensional, pengelolaannya dikerjakan secara kekeluargaan. Dari segi kekaryaan, natur karya mereka beraneka ragam, tidak terikat pada corak atau bentuk tertentu yang mengikat. Ada yang mengeksplorasi karya patung, lukisan hingga instalasi yang bersifat multidimensional.
Salatiga Coret dalam Nggambar Rabarbar, menyuguhkan gambaran praktik kerja para seniman. Bertolak dari keinginan untuk hidup dari kesenian, sepatutnya pekerja seni harus giat, terus-menerus memproduksi karya. Ide tersebut terpampang jelas dalam pengantar kuratorial Nggambar Rabarbar. Ferdinand Yudhistira selaku penulis dalam pameran ini, menyinggung soal ketekunan, bekerja dengan bebas, mengesampingkan persoalan-persoalan minor dalam berkesenian. Idealnya seperti anak kecil yang tidak terganggu dengan hasil akhir.
Berkarya bagi Yudhistira tidak harus selalu berperkara besar dan rumit. Persoalan sehari-hari yang diwujudkan dalam karya seni juga merupakan kumpulan catatan penting, yang akan mengarah pada capaian besar. Senada dengan konsep tersebut, karya Fandy Panda tampil mengusung tema kemampuan manusia yang selalu bisa beradaptasi dengan kebutuhan lingkungan. Karya-karya Fandy bersifat ilustratif, menggunakan cat air hingga akrilik pada kertas dan kanvas.
Nggambar Rabarbar akan berlangsung hingga 18 Mei mendatang. Selama periode waktu tersebut, Pengunjung diberi kesempatan untuk datang berinteraksi, menikmati suguhan karya dari kelompok perupa muda Salatiga.
Teks: David Ch. Ganap/ Tata Kelola Seni 2014
Foto: Rina Sari/ Teater 2017 dan David Ch. Ganap/ Tata Kelola Seni 2014