Mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Film dan Televisi angkatan 2015 mengadakan Screening Film Praktika dengan mengangkat tema Bersinergi pada Senin, 25 Juni 2018 lalu di IFI-LIP Yogyakarta. Praktika tersebut diadakan setiap tahunnya yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Produksi Film. Arfendo Windy Saputro, selaku ketua panitia menuturkan bahwa tema Bersinergi diambil secara dadakan dan bukan merupakan hal yang direncanakan. Ide itu berasal dari sifat mereka masing-masing yang selalu mengutamakan idealismenya. “Dalam screening praktika ini kita berusaha untuk bersinergi dan bekerjasama supaya hasilnya pun maksimal,” terang Arfendo.
Acara tersebut dibuka pukul 18.00 dengan sambutan dari salah satu dosen Film dan TV, Arif Sulistyono dan ketua panitia yang diwakilkan oleh Ghina Rahimah. Pemutaran film ini menampilkan empat film fiksi dan tiga film dokumenter. Empat film fiksi yang ditampilkan tersebut yaitu Sebuah Undangan (sutradara: Fauzan Kurnia Muttaqin), Maya (sutradara: Ainul Fikri), Eid (sutradara: Fuad Hilmi Hirnanda), dan Tuh Kan Nek! (sutradara: Dimas Putih). Sedangkan tiga film dengan kategori dokumenter yaitu Kala Rumpon (sutradara: Brian Rayanki), Kembang Segara (sutradara: Dimas Purwadharma), dan Asih; Perempuan Jilid Dua (sutradara: Ahmad Fahmi Nur Khafifi).
Sesi screening terbagi menjadi dua. Pada tiap sesinya ditutup dengan diskusi kecil yang dimoderatori oleh Naufal Chayruriza. Dalam karya bergenre thriller-misteri yang disutradarai Ainul Fikri, dijelaskan bahwa film tersebut tidak ada unsur angker. Hanya saja memiliki pesan untuk selalu menjaga kebersihan dengan penyampaian yang dilebihkan. Di samping itu penonton semakin bertambah dan memenuhi kapasitas ruangan. Suasana memanas namun penonton masih rela menunggu hingga akhir. Meski hanya sebagai tugas, tetapi pemutaran film ini tergolong berkualitas.
Ketika ditanya mengenai penonton yang sebagian berasal dari internal kampus, Arfendo menjelaskan, “Sebenernya ngundang dari luar, dan bukan hanya anak ISI saja. Tapi karena masih lebaran jadinya yang datang hanya beberapa.” Meskipun begitu, Arfendo puas karena penonton terhitung banyak dihangatnya suasana lebaran.
Salah satu jurnalis Tribun Jogja, Santo Ari, yang datang sebagai penonton mengungkapkan kekagumannya. “Menurutku dengan mengemas seperti ini mereka sudah berhasil. Apalagi tanggapan penonton luar biasa. Film-filmnya juga memuaskan untuk kalangan mahasiswa.” Ketika ditanya apa film paling favorit dari screening tersebut, Santo menjawab, “Asih; Perempuan Jilid Dua. Karena bisa mengulik cerita tentang aib, dan dikemasnya cukup jelas. Secara penyampaian bisa ditangkap,” ujar Santo menerangkan salah satu film dengan kisah seorang perempuan yang berprofesi sebagai pekerja seks komersil.
Selain Santo, penonton yang merasa betah dan menyaksikan dari awal hingga akhir ialah Wakidi. Dirinya memiliki kesan terhadap praktika ini dan merasa mendapat informasi dari film-film dokumenter yang selama ini tidak dia ketahui. “Kalau untuk film yang terakhir (Tuh Kan Nek!), itu pecah banget komedinya. Keren,” ungkapnya menceritakan film dengan genre komedi.
Teks: Karina Devi Saraswati/ Desain Produk 2018
Foto: Adi Ardiyansyah/ Seni Grafis 2012