Sendratari Ramayana Prambanan

Dipentaskan dengan mengusung cerita epik dari kitab Hindu, Sendratari Ramayana Ballet Prambanan digarap menjadi satu paduan penampilan seni drama dan tari tradisional Jawa, lengkap dengan iringan musik gamelan dan setting panggung yang mengagumkan.

Sejak tahun 1961, Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sendratari yang paling rutin mementaskan Sendratari Ramayana. Pentas ini biasa digelar tiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Meskipun bukan pada hari libur, namun tetap saja banyak wisatawan-wisatawan yang hadir dari dalam bahkan luar negeri. Mereka yang datang umumnya ingin menikmati satu suguhan tari dan drama yang mengantarkan cerita dari relief-relef yang terukir di sisi-sisi Candi Prambanan.

Harga tiket masuk yang ditentukan PT. Taman Wisata Candi Prambanan terbagi menjadi empat kelas. Kursi 2nd class yang berada di sayap panggung dibandrol seharga Rp.125.000,00. Sedikit lebih menjorok ke tengah, terdapat kursi 1st class yang dibandrol seharga Rp.200.000,00. Sedang kursi VIP yang berada tepat didepan panggung dibandrol Rp.400.000,00. Cukup mahal memang, namun semua akan terbayar dengan penampilan gerak gemulai penari memperagakan kisah cinta Rama dan Sinta.

Pertunjukan dimulai pukul 19.30 WIB. Mengambil setting tempat panggung di pelataran Candi Prambanan, pentas Sendratari Ramayana selalu bisa memberikan kesan elok yang sulit untuk dilupakan pengunjungnya. Selama tidak kurang dari dua jam penampilan, penonton akan dibuat tak bisa beranjak menikmati tiap adegan dipanggung luas berlatar candi tersebut. Tak lupa, pementasan ini juga didukung oleh penerangan yang sangat ciamik.

Karakter rama dalam sendratari ramayana balekambang. Foto : Andika F Putri/chic-id.com

Dalam sinopsis yang dibagikan, alur kisah dimulai saat Prabu Janaka membuat sebuah sayembara yang ditujukan untuk mencarikan suami yang tepat bagi putrinya, Dewi Sinta. Sayembara tersebut mencari satu ksatria yang tidak hanya kuat fisiknya saja, namun juga baik budi dan batinnya. Syarat untuk memenangkannya tidaklah sulit. Siapapun orangnya harusla mampu menarik satu busur pusaka sakti milik Prabu Janaka. Namun busur tersebut tidak akan mampu ditarik oleh orang yang mempunyaai budi dan batin yang jelek. Banyak Raja atau pangeran yang sudah mencoba, namun pada akhirnya, hanya Ramawijaya lah yang mampu memenuhi persyaratan tersebut. Dewi Sinta pun diperistri oleh Ramawijaya. Para penari yang memerankan adegan sayembara ini berdandan layaknya raja-raja dari sebuah kerajaan, lengkap dengan riasan wajah.

Konflik dimulai saat seorang seorang Raja dari negeri Alengka, Rahwana mendapati salah seorang saudara perempuannya, Sarpakenaka mengalami luka bekas perang. Kepada sang kakak, Sarpakenaka mengatakan bahwasanya penyebab semua luka tersebut adalah Laksmana, adik Ramawijaya yang menolak tawaran bercintanya.  Adegan ini diperagakan dengan banyak penari berdandan prajurit buto/raksasa berbaris disekitar panggung sedang Sarpakenaka memelas ditengah panggung kepada kakaknya. Ia kemudian meminta Rahwana untuk merusak kebahagiaan yang dimiliki Ramawijaya dan keluarganya. Dengan kekuatan yang ia miliki, Rahwana pun kemudian menculik Dewi Sinta.

Cerita berlanjut dengan perjalanan panjang Ramawijaya bersama Laksmana mencari Dewi Sinta. Petunjuk datang saat mereka bertemu Raja Burung, Jatayu yang tergeletak terluka parah disebuah hutan. Rama dan Laksmana yang mempunyai watak welas asih pun menghampirinya. Sebelum Jatayu meninggal, dengan sebuah pernyataan yang dilagukan menjadi satu tembang jawa, ia melaporkan kepada Ramawijaya bahwasanya yang menculik Dewi Sinta adalah Rahwana, raja Kerajaan Alengka, dan semua luka yang ia dapati adalah ulah darinya saat ia mencoba mengamankan Dewi Sinta.

Pada akhir cerita, dengan bantuan bala tentara kera, Ramawijaya mampu menerobos kerajaan Alengka dan memporak-porandakannya. Duel antara Ramawijaya dan Rahwana pun tak terelakkan. Bagian ini merupakan puncak konflik yang paling ditunggu-tunggu oleh penonton. Tak heran, pihak dari grup pentas membuat properti pendukung yang begitu nyata untuk adegan ini. Rahwana membawa pedang besi besar yang saat beradu dengan keris Ramawijaya mengeluarkan suara layaknya adu senjata sungguhan. Tak ketinggalan, Ramawijaya juga membawa satu panah yang pada akhir cerita Ia gunakan untuk membunuh Rahwana.

Hal yang paling membuat penonton terkagum adalah saat pemeran Ramawijaya benar-benar memanahkan sebuah busur tumpul secara tepat sasaran dari jarak sekitar lima belas meter untuk membunuh Rahwana. Sebuah atraksi yang berhasil mendapatkan tepuk tangan meriah dari penonton.

Pengisi Sendratari Ramayana ini berlangsung sepanjang tahun. Pada bulan Mei-Oktober (musim kemarau), pentas akan dilangsungkan di Panggung Terbuka (Open Air Theatre) yang berlatar belakang Candi Prambanan langsung. Sedangkan saat musim penghujan, pentas akan dilangsungkan di panggung tertututp (Trimurti Stage). Pertunjukan di panggung terbuka biasanya melibatkan lebih dari 200 penari.

Setiap akhir pentas, para penari dan semua tokoh cerita berbaris diatas panggung untuk memberikan salam penghormatan kepada para tamu yang hadir. Dalam sesi ini, biasanya para tamu diberi waktu sekitar sepuluh menit untuk turun ke panggung dan mengabadikan momen bersama pengisi tokoh-tokoh cerita Ramayana.

[Id’ha Parta Driasmara, TV/2017]
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.