Majelis Dzikir & Solawat Masjid Al-Muhtar Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta mengadakan sebuah ruang diskusi dengan tema Seni & Spiritualitas (Seni, Tasawuf, dan Historis) dalam rangka mengenang 40 hari wafatnya Gus Sholahuddin Wahid pengasuh Pondok Pesantren (PP) Tebu Ireng, Dra. Pandansari Kusumo, M.Sn. kaprodi Desain Produk ISI Yogyakarta, dan Danang H.P alumni jurusan Seni Grafis ISI Yogyakarta pada Rabu tanggal tiga Maret 2020.
Rangkaian acara dimulai setelah ibadah shalat Isya dengan penampilan dari hadrah dari PP. Universitas Nahdlatul Ulama sebagai agenda praacara. Tepat pukul 20.30 WIB acara baru dibuka oleh pewara. Ada yang menarik dari format ruang kegiatan kali ini. Posisi pembicara yang biasanya berada di depan mimbar, dialihkan ke sisi samping ruangan. Hal ini dilakukan oleh panitia untuk menghindari persepsi penggunaan ruang utama masjid selain sebagai tempat beribadah, karena memang Masjid Al-Muhtar tidak memiliki serambi yang memadai untuk terselenggaranya acara-acara serupa.
Setelah dibuka, acara dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh Alim, mahasiswa ISI Yogyakarta yang sekaligus menjadi marbot Masjid Al-Muhtar. Kegiatan doa bersama ini mendapat banyak apresiasi dari masyarakat ISI, pun para alumni yang memang mengharapkan adanya kegiatan untuk mengenang rekan-rekan mereka. Hal ini diungkapkan oleh panitia acara, bahwa apresiasi yang diberikan melebihi dugaan. Meskipun diantara mereka yang hadir enggan memasuki masjid, hal ini merupakan indikasi langkah awal yang cukup bagus.
Setelah doa, acara dilanjut dengan pembacaan ayat suci oleh Ustdadz. Abdul Basyith, S.Sn. yang juga merupakan alumni jurusan Desain Interior ISI Yogyakarta. Diskusi intipun dimulai dengan dimoderatori oleh M. Ihsan Zulkarnaen, S.Sn. atau yang lebih akrab dikenal Bang Dobleh. Acara inti dibuat dengan bentuk diskusi yang menghadirkan 4 pembicara yaitu Nasirun (pelukis dan alumni ISI Yogyakarta), Ustd. Kuswaidi Syafi’ib (pengasuh PP. Maulana Rumi), Jumadil Alfi (Sarang Building, juga alumni ISI Yogyakarta), dan Ustd. Faishol (pengasuh Wisma Santri Darul Dholam).
Diskusi diawali dengan berbagi kisah pengalaman para pembicara. Dilanjut dengan beberapa pertanyaan kepada pembicara oleh para hadirin. Untuk memicu antusiasme para penanya, panitia menyiapkan hadiah. Dari pertanyaan yang ada, pembahasan diskusi tersebut lebih terfokus banyak mengenai hubungan antara pandangan agama terhadap seni, sesuai dengan tema. Panitia acara juga menegaskan bahwa sesuai dengan tujuan acara yakni untuk menumbuhkan kesadaran bahwa seni dan spiritualitas itu saling berkaitan, seorang yang berkesenian dan hidup dilingkungan seni itu tidak hanya sekedar berkarya untun sekadar tujuan fisik, namun berkarya sebagai bentuk kecintaan terhadap Sang Maha Indah. Hal tersebut tidak dibatasi oleh agama, keyakinan, kelompok, maupun organisasi.
Bersamaan dengan berlangsungnya diskusi, juga terdapat penampilan live cukil oleh Andre Tanama, dosen Seni Grafis ISI Yogyakarta, dan live sketsa karikatur oleh Mulyo Sunarso dan Arif Sulaiman, seorang pelukis dan alumni ISI Yogyakarta. Diskusi terus berlanjut hingga tengah malam, yang terpaksa harus diakhiri oleh moderator karena telah melebihi waktu yang telah dijadwalkan. Acara kemudian ditutup dengan pembacaan solawat nabi.
Acara diskusi tersebut oleh panitia dirasa sangat memuaskan sebangai langkah awal mereka untuk diskusi selanjutnya yang direncanakan diadakan setiap bulan, bukan hanya terdapat penampilan bidang seni rupa namun juga menggabungkan seni pertunjukan. Pihak panitia juga ingin melibatkan masyarakat luar khususnya masyarakat di lingkungan ISI untuk ikut berpartisipasi pada acara mereka kedepannya.
Teks : Desi Sofianti / Anggota Magang