Majalah Art Effect #9

SALAM REDAKSI Perkembangan kehidupan umat manusia dalam semua bidang tidak terlepas dari literasi, termasuk dalam dunia kesenian dan kebudayaan. Sehingga ilmu dalam semua bidang dapat dikembangkan generasi selanjutnya untuk menciptakaan suatu inovasi baru. Kita tidak dapat membayangkan, bagaimana kehidupan ini berkembang tanpa literasi, yang menghasilkan literatur tekstual maupun nontekstual seperti lukisan, foto, suara, relief, dan

Screening Praktika Sesi I : Berbicara Lewat Sinema

Menginjak paruh akhir semester enam, mahasiswa Program Studi Film dan Televisi angkatan 2015 Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta diwajibkan membuat satu produksi film besar yang nantinya akan diujikan dalam bentuk Screening Praktika. Produksi film tersebut wajib diikuti oleh setiap mahasiswa yang mengambil penjurusan penciptaan seni mata kuliah Produksi Film. Dari mereka, terkumpul sebanyak tujuh judul film

Konflik Sosial dan Perspektif Wanita Paruh Baya

Bambang Sugiharto (seorang Guru Besar Estetika, mengajar di Universitas Parahyangan, ITB, dan UNNES), dalam pengantarnya di buku Krisis dan Paradoks: Film Indonesia karya Garin Nugroho dan Dyna Herlina S. mengemukakan bahwa film merupakan bentuk seni yang paling “menyerupai” gerak kehidupan itu sendiri. Ia hadir bagai sepotong kehidupan yang diambil dan ditayangkan di layar. Terlepas dari

Screening Praktika Berkualitas ala Mahasiswa Film dan TV

Mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Film dan Televisi angkatan 2015 mengadakan Screening Film Praktika dengan mengangkat tema Bersinergi pada Senin, 25 Juni 2018 lalu di IFI-LIP Yogyakarta. Praktika tersebut diadakan setiap tahunnya yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Produksi Film. Arfendo Windy Saputro, selaku ketua panitia menuturkan bahwa tema Bersinergi diambil secara dadakan

DILAN 1990 alat Hegemoni budaya?

Kurang lebih, sudah hampir 3 bulan berlalu sejak film Dilan 1990 populer di masyarakat Indonesia. Baru-baru ini kabarnya film yang diadaptasi dari novel karya Pidi Baiq itu juga ditayangkan di Okinawa International Movie Festival 2018 yang digelar 19 hingga 22 April 2018, di Jepang. Dikutip dari Kompas.com, Dilan 1990 masuk dalam kategori special invitation bersama

Film Indonesia: (tamu) di Negeri Sendiri?

Memasuki kuartal kedua tahun 2018, sejumlah film Indonesia menyemarakkan layar lebar bioskop. Sebanyak 47 film tercatat telah ditayangkan hingga minggu keempat April 2018. Beberapa film bertahan menguasai layar hingga lebih dari satu bulan, sedangkan yang lain tidak lebih dari satu pekan. Tidak banyak eksplorasi yang dilakukan oleh para sineas terhadap pemilihan genre-nya. Separuh lebih dari

Tentang Kehilangan dalam ‘Sekala Niskala: The Seen and Unseen’

Pada tanggal 8 Maret 2018 kemarin, Sekala Niskala pulang untuk menyapa para penikmat film di negaranya. Film karya Kamila Andini ini berhasil membawa pulang beberapa penghargaan di Festival Film Internasional. Film tersebut tayang perdana di Toronto International Film Festival (TIFF) tahun 2017, dan diputar dalam beberapa festival lainnya seperti saat di Jepang. Film ini memenangkan

Eksplorasi Mainstream Film Indonesia Bertema Kelainan Psikologis

Film merupakan media penyatuan beragam unsur seni dan budaya. Film dapat mewadahi seni rupa, musik, drama, animasi, fotografi, tari, dan lain sebagainya menjadi satu bentuk media baru. Media yang utuh sebagai bentuk baru dan mampu berdiri sendiri serta diputar berulangkali dalam setiap kesempatan sesuai kebutuhan. Kehadiran film mampu memuat berbagai macam kepentingan, maksud, tujuan, dan