Wayang beber merupakan suatu pertunjukan kesenian tradisional yang masih sangat sakral. Sehingga kesenian wayang beber sudah sangat jarang dan langka, saat ini kesenian wayang beber di Indonesia hanya tersisa dua saja yaitu di derah Pacitan Jawa Timur dan kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta, karena kesakralan nya juga dalam pementasan wayang beber perlu dilakukan beberapa urutan ritual tertentu seperti yang sudah penulis jelaskan diatas,seluruh rangkaiaan yang dilakukan sebelum pagelaran wayang beber merupakan suatu kesatuan yang sangat erat hubungannya, dari segi seni musiknya, seni dramanya dan seni tari pergerakan gulungan critanya, serta dari segi seni rupanya yaitu gambaran cerita wayangnya,semua itu menjadi suatu kesatuan juga dalam pertunjukan wayang beber. Filosofi urutan ritual pertunjukan wayang beber sangat erat dengan hubungan dari sila-sila pancasila yang membentuk segitiga bipiramidal, mengapa demikian? Berikut penjelasannya.
Ritual dan doa sebelum pertunjukan wayang beber merupakan suatu hal yang wajib dilakukan karena sangat erat hubungannya dengan sang pencipta Tuhan Yang Maha Esa, hal ini sesuai dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, kemudian setelah dilakukan ritual doa dalang mengambil gulungan cerita satu persatuan, antara gulungan cerita satu dan lainnya sangat erat hubungan ceritanya hal ini melambangkan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan seperti halnya sila ke tiga pancasila Persatuan Indonesia, setelah dalang mengambil dan membeberkan gulungan wayang beber kemudian beliau melakukan janturan, janturan merupakan cara dalang dalam menuturkan synopsis dari lakon wayang beber kepada penonton janturan dalang mempunyai filosofi interaksi social antara dalang dan penonton hal ini berarti dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri, hal ini sesuai dengan sila ke lima pancasila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Dengan demikian kesenian wayang beber mempunyai filosofi yang sama dengan hubungan segitiga bipiramidal sila pancasila dimana sila ketuhanan sebagai puncak dari semua sila yang ada karena hakikat hidup manusia di dunia ini ada dua yakni hubungan manusia dengan sang pencipta yakni Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan manusia dengan manusi, setelah hubungan manusia dengan Tuhan terpenuhi maka manusia akan berhubungan dengan sesamanya yang tercermin dalam Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jika antar manusia sudah terjalin hubungan social maka akan tercipta suatu Persatuan Indonesia yakni sila ke tiga.
Dengan demikian sebagai warga negara Indonesia kita harus senantiasa melestarikan kebudayaan dan kesenian asli Indonesia, karena di setiap kesenian asli Indonesia banyak mengandung nilai-nilai Pancasila, dengan kita melestarikan kesenian asli Indonesia berarti kita ikut mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
[Oleh: Kantoko Satmo Nugroho]