Lukisan Bambang Nurdiansyah: Menanam Makna, Menumbuhkan Kata.

Pria berbalut jaket bomber yang duduk di hadapan saya ini sedang mengingat kembali masa awal kecintaanya terhadap dunia lukis, ketika saya bertanya kapan Ia mulai suka melukis, dalam sela-sela kegiatan diskusi di Survive Garage Artspace, Rabu (18/7). “Mulai melukis itu sejak kecil, waktu TK sering mengikuti lomba bahkan juga mengikuti les menggambar juga, tapi mulai serius menekuni itu saat masuk jenjang SMA saya memilih Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Surabaya, dan setelah itu berlanjut di jurusan seni lukis ISI Yogyakarta, dan aktif melukis sampai saat ini,” Jawaban singkat­ Bambang Nurdiansyah.

Bembeng sapaan akrab Bambang Nurdiansyah seniman kelahiran Surabaya, Jawa timur pada tahun 1992 itu baru saja selesai menggelar pameran untuk Tugas Akhirnya yang bertajuk “Imajinasi Puisi-puisi Wiji Thukul” digelar selama 12 hari di Galeri R.J. Katamsi, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Seniman muda yang dekat dengan dunia literasi tersebut memilih teks puisi Wiji Thukul sebagai ide penciptaan seni lukis. Dimulai dengan peran sertanya dalam kerja-kerja literasi, dimana dua tahun terakhir ini karya-karya ilustrasinya sering mengisi sampul berbagai macam buku, mulai dari lokal maupun terjemahan, hal tersebut membuatnya sudah terbiasa menginterpretasikan teks menjadi bentuk visual.

“Karena manusia sama saja seperti tanah seharusnya. Menghidupi sekitarnya dan menghidupi lainnya layaknya tanah pada umumnya”.

Proses eksplorasi Bembeng dalam berkarya pun tidaklah instan, yang dahulu terbiasa menggunakan media cat minyak, akrilik dan mix media lainya, tetapi sekarang lebih sering memilih menggunakan cat air. Selain media yang ia gunakan, gaya dan bentuk visual karyanya pun saat ini memiliki karakter tersendiri. ­Bermula dengan gambarnya yang mengilustrasikan sosok Sisir Tanah di tahun 2015. Berkat ilustrasi tersebut, Ia mulai membawa simbol-simbol tumbuhan pada ilustrasinya, bahkan berlanjut setelah satu karya itu, simbol tumbuhan pada karyanya masih melekat sampai saat ini.

“Konsep dasarnya sederhana, membuat pot tanaman tapi potnya itu manusia, karena manusia sama saja seperti tanah seharusnya. Menghidupi sekitarnya dan menghidupi lainnya layaknya tanah pada umumnya,” Jelas Bembeng.

Selain itu pengaruh kedekatannya dengan kerja-kerja literasi membawa nuansa baru pada setiap karyanya, dimana Ia terbiasa membuat gambar yang dilandasi dari teks, baik puisi maupun tulisan lainnya, sehingga menghadirkan proses kreatif yang sarat dengan unsur literasi. Begitu juga saat memilih puisi Wiji Tukul sebagai bahan karyanya, Bembeng mendapati korelasi yang pas dalam puisi-puisi aktivis di zaman Orba tersebut jika disatukan dengan tema karyanya yang mengusung makna tanaman.

Rumput Ilalang adalah salah satu puisi Wiji Thukul yang begitu lugas menebarkan pesan melalui konsep tanah dan tumbuhan. Akan tetapi tidak hanya satu puisi tersebut saja, puisi-puisi Wiji Thukul yang lain juga memiliki muatan energi yang sama besar, memposisikan tumbunan sebagai simbol untuk melawan dan terus melawan, tumbuh dan terus tumbuh. Hal itu Bembeng satukan ke dalam konteks lukisan dengan semangat yang sama.

Bambang Nurdiansyah, Seniman asal surabaya yang baru saja menyelesaikan studi S1-nya di Institut Seni Indonesia Yogyakrta Jurusan Sni Rupa Murni Lukis.

Ketekunan dan kerja kerasnya membuahkan hasil yang gemilang, setelah malang-melintang di berbagai pameran dan menerima puluhan menghargaan di bidang lukis salah satunya silver awards UOB Painting of the Year 2017 (Emerging Artist Category). Bembeng beserta teman-temannya juga aktif mendirikan ruang kolektif seni yang mereka namai Romansa Gilda. Dari perjalanan Bembeng selama bergelut dalam dunia lukis ini tidak menuntut kemungkinan seniman yang kerasan tinggal di Jogja tersebut untuk terus mengeksplorasi hal-hal baru lagi, Ia juga ingin lebih dalam lagi menggali dan mengambil makna dari teks, tidak hanya menerjemahkan secara literer tapi mengambil ide dasarnya lalu diolah lagi, ditabrakin lagi hingga jauh lebih mendalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.